Kelompok buruh migran Seruni Banyumas manfaatkan remiten sosial buruh migran untuk memaksimalkan kinerja organisasi. Remiten sosial yang dimanfaatkan berupa kemampuan bahasa asing, pengalaman organisasi, pengetahuan budaya negara tujuan, keterampilan kuliner, dan perlindungan hukum.
Demikian pendapat Aditya Megantara, pegiat Kelompok Seruni Banyumas (28/8/2010). Menurutnya, remiten sosial kadang lebih besar dibanding dengan remiten ekonomi yang yang didengung-dengungkan pemerintah–pahlawan devisa.
“Ada beberapa anggota Seruni yang lancar berbahasa Mandarin. Mereka menjadi guru bagi anggota lainnya. Ada juga yang ahli memasak ala China (Chinese food) lalu mereka melatih teman-temannya,” ujar Ode, panggilan akrab Aditya Megantara.
Kegiatan pertukaran ilmu itu terjadi saat pertemuan-pertemuan rutin Seruni. Ada yang direncanakan, ada juga yang muncul secara spontan. Kemampuan-kemampuan di atas diperoleh para anggota saat mereka menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Sayang remiten jenis ini tidak pernah dianggap oleh pemerintah, padahal bila dinilai secara komersil jelas nilainya sangat tinggi.
“Awalnya Seruni tidak menyadari remiten sosial ini. Setelah melihat kesuksesan organisasi buruh migran di kota lain, mereka mulai menggarap remiten sosial ini sebagai sumber daya organisasi yang bernilai tinggi,” lanjutnya.
Kini, Seruni tengah mencari format pengelolaan remiten sosial yang efektif. Langkah nyata yang baru ditempuh Seruni antara lain memaksimalkan pertemuan anggota sebagai lingkaran belajar dan berbagi pengetahuan. (YS)
kapan ya pemerintah mau belajar dari Seruni..
pemerintah benar2 gak niat memberikan pelayanan yang baik buat rakyatnya.
pemerintah kita itu bebal..