CTKI Korea Dideportasi Akibat Visa Void BNP2TKI (2)

Author

Visa Rosnani yang berstatus void (batal), karena perusahaan mencabut jaminan penerbitan visanya, namun BNP2TKI tetap memberangkatkannya, meski HRD Korea sudah mengkonfirmasi pembatalan visa tersebut
Visa Rosnani yang berstatus void (batal), karena perusahaan mencabut jaminan penerbitan visanya, namun BNP2TKI tetap memberangkatkannya, meski HRD Korea sudah mengkonfirmasi pembatalan visa tersebut

Dideportasi dan terlantar di tahanan imigrasi Korea  
Dengan sinyal Wi-Fi bandara, saya berhasil menghubungi keluarga saya di rumah dan menceritakan kasus gagal bekerja dan kondisi saya yang terlantar di bandara Korea. Keluarga di rumah tentu khawatir dan mencoba menolong saya. Keluarga mencoba menghubungi nomor-nomor BNP2TKI yang ada di website resmi, namun tidak ada satupun yang mengangkat. Keluarga saya juga mencoba menelepon call center BNp2TKI, namun hanya diminta untuk bersabar, operatornya bilang hal tersebut akan segera diurus.

Namun yang disesalkan, dari pihak BNP2TKI tidak ada sama sekali yang menghubungi saya yang saat itu berada di tahanan imigrasi Korea tersebut. Saya ditelantarkan seakan saya imigran gelap, atau semacam TKI ilegal. Lebih dari 24 jam saya berada ditahanan Imigrasi Korea.

Saya merasa diperlakukan tidak adil oleh BNP2TKI. Penempatan melalui jalur G to G  BNP2TKI, namun saat terjadi permasalahan di Korea, BNP2TKI lembaga yang menempatkan saya, justru tidak bisa berbuat apa-apa.

Keesokan harinya pada 2 Juli 2014, saya berhasil menghubungi call center di Jakarta dengan mengemis bantuan orang-orang di sana untuk meminjamkan kartu telepon internasional, saya tidak mampu beli padahal harganya hanya Rp 100.000,-. Saya punya uang, namun harus saya simpan untuk membeli tiket pulang. Seperti yang keluarga saya katakan, operatornya hanya mencatat data-data saya dan diminta menunggu hingga kasus saya diproses. Hal yang terpikir saat itu adalah sampai kapan saya diminta menunggu? Laporan orang tua saya mengenai kejadian saya ini saja belum ada hasilnya? Akhirnya saya hanya bisa pasrah bahwa BNP2TKI tidak akan membantu saya.

Saya sudah tidak betah di tahanan, sorenya saya bicara dengan staf Imigrasi Korea terkait tiket dan dipanggilah pihak dari Asiana Airlines untuk transaksi tiket kepulangan saya ke Indonesia. Dengan uang yang harusnya saya pakai untuk hidup di Korea dan 2 lembar uang yen dari pemberian orang jepang. Saya pun mendapat tiket pulang dengan jadwal terbang sore hari.

Perlu diketahui, untuk mengurus proses bekerja di Korea Selatan, biaya yang sudah saya keluarkan mencapai 26 juta rupiah. Orangtua saya pun harus mencari pinjaman uang ke berbagai tempat untuk biaya saya bekerja ke Korea, sampai harus menyerahkan sertifikat rumah ke Bank dan berhutang di sana sini. Rasanya sewaktu saya di pesawat menuju Indonesia, saya berharap pesawatnya jatuh atau kecelakaan sehingga uang asurasi kematian saya untuk membayar hutang orang tua saya. (bersambung)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.