News

(Bahasa Indonesia) Pemerintah Harus Tegas, BMI Singapura Bukan Boneka

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Kegiatan semacam inilah yang beresiko bagi BMI Singapura, apalagi jika BMI tersebut naik kursi atau menyondorkan badan ke luar jendela
Kegiatan semacam inilah yang beresiko bagi BMI Singapura, apalagi jika BMI tersebut naik kursi atau menyondorkan badan ke luar jendela

Singapura,-  Berita duka kembali menimpa salah satu  Buruh Migran Indonesia (BMI) di Singapura. BMI bernama Karini ditemukan terjatuh dari apartemen majikannya di Serangon North Blok sekitar jam 5 pagi (8/5/12).

Polisi segera dipanggil, Karini segera dievakuasi ke Rumah Sakit Tan Tock Sheng. Sayang nyawa Karini tidak bisa diselamatkan. Berdasarkan sejumlah barang bukti yang ditemukan seperti potongan kain basah dekat jendela, Karini dipercayai pada dini hari itu sedang membersihkan jendela.

Sukmo Yuwono, konselor dari Indonesia menyatakan duka citanya atas musibah yang menimpa Karini dan meminta Ministry of Manpower (MOM/menteri tenaga kerja di Singapura) untuk mengatasi masalah ini. Pihak Humanitarian Organization for Migration Economics (HOME) juga menyerukan agar masalah keselamatan bagi tenaga kerja harus ditindaklanjuti lagi dengan serius.

Kasus BMI jatuh dan meninggal dari gedung tinggi tentu saja membuat para BMI prihatin, karena mayoritas korban meninggal berasal dari Indonesia. Fenomena ini bukan semata persoalan takdir, melainkan ada banyak faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa ini. Pemerintah harus bertanggungjawab dan tegas dalam menjalankan tugasnya melindungi para BMI.

Pihak KBRI memang telah membuatkan kontrak kerja antara majikan dengan BMI. Salah satu isi dalam kontrak kerja tersebut adalah BMI tidak boleh melakukan pekerjaan yang berbahaya. Hanya saja KBRI tidak memiliki kebijakan yang pasti untuk mengawasi ketentuan tersebut.

Contoh isi yang tertera dalam kontrak kerja pasal 1 pihak pertama (majikan) tersebut berbunyi “Tidak mengizinkan kepada pihak kedua untuk membersihkan bagian luar jendela dan juga menjemur pakaian di rumah bangunan tingkat tinggi atau melaksanakan apapun pekerjaan lain yang membahayakan kepada pihak kedua dan membahayakan nyawanya dan anggota badannya.”

Namun fakta di lapangan masih banyak BMI yang melakukan tindakan berbahaya tersebut. Kecenderungan BMI Singapura saat ini, mereka membuat kontrak kerja hanya jika akan mengurus paspor baru. Jika paspor masih berlaku, hanya kartu tanda kerja (work permit) yang dibutuhkan untuk memperpanjang kerja. Kendala-kendala tersebut bisa diatasi dengan BMI melapor kepada KBRI dan meminta surat perjanjian kerja baru setiap kali ganti majikan.

Hidup ini adalah kenyataan bukan sebuah fiksi di mana harus bisa pasrah pada nasib. Kalau BMI tidak memiliki mental yang kuat serta keberanian untuk melawan perintah majikan yang menyuruh pekerjaan berbahaya, nasib tidak akan berubah. Jangan mengatakan ini adalah takdir.

Menurut berita di koran harian Singapura  The Strait Times, Karini ditemukan pada pukul 5 pagi. Bisa dibayangkan melakukan pekerjaan membersihkan jendela pada waktu masih gelap dan mungkin majikan tidak tahu apa yang dilakukan oleh pekerjanya karena masih tidur terlelap. Sebagai manusia yang diberikan kelebihan untuk berpikir, harusnya BMI bisa tetap memegang prinsip keselamatan adalah prioritas.

Lantas menapa banyak BMI membahayakan diri sendiri?, apakah kerena tekanan majikan?, ketidakberdayaan menolak perintah majikan?, ataukah faktor lainnya. Keluarga di kampung pasti inginkan kepulangan anak perempuannya, istri dari seorang suami, Ibu dari anak-anaknya di kampung dengan selamat bukan sebagai jasad.

Pihak manapun pasti tidak ingin terjadinya korban BMI jatuh dari tingkat gedung tinggi lagi. Maka dari itu kerja dan kegiatan berbahaya bagi BMI harus dihentikan. Pemerintah Singapura dan Indonesia harus mengambil tindakan yang serius. Masalah ini bukan hal main-main lagi. BMI bukan boneka negara yang bisa dipermainkan untuk kepentingan uang semata, mereka harus diberikan perlindungan yang lebih baik lagi.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.