(Bahasa Indonesia) Menjadi Pahlawan PMI Tidak Harus dengan Menumpahkan Darah

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Suasana Diskusi dengan Tema Pahlawan dan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Minggu, 10/11/2019.
Suasana Diskusi dengan Tema Pahlawan dan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Minggu, 10/11/2019.

Bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Voice of Migrants (VoM) Hong Kong, menyelenggarakan diskusi santai di Victoria Park, Causeway Bay, pada Minggu (10/11/2019). Diskusi ini dilakukan bersamaan dengan peluncuran edisi perdana buletin VoM sembari mengenalkan lebih dekat komunitas-komunitas PMI yang berada di sekitar tenda putih, Victoria Park. Diskusi yang berjudul Kepahlawanan dan PMI ini menampilkan dua orang narasumber, yakni Sari Widita, Konsul Muda Protokol dan Konsuler, dan Romo Guntur dari komunitas Katolik.  

Sari Widita menyampaikan hal menarik dalam diskusi mengenai keterhubungan pekerja migran Indonesia (PMI) dengan kepahlawanan. Menurutnya, sebelum PMI menjadi pahlawan devisa dan pahlawan bagi keluarganya, PMI hendaknya mampu menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri. 

“Memperhatikan kesehatan diri PMI dan hal-hal lain yang bersifat primer sebelum menjadi pahlawan bagi orang lain,” ujar Sari Widita. 

Dalam diskusi tersebut, Romo Guntur sedikit bercerita mengenai penyematan istilah pahlawan devisa yang diberikan oleh pemerintah terhadap PMI. Istilah tersebut diberikan karena PMI memberikan sumbangsih signifikan terhadap perekonomian. Hanya saja penghargaan terhadap PMI tersebut hendaknya tidak perlu diwujudkan dalam bentuk pujian ataupun gelar, melainkan diberikan dalam bentuk perhatian, bantuan, dan pendampingan yang komplit. 

“Dengan adanya keuntungan negara yang didapat dari PMI, hendaknya tidak ditindaklanjuti dengan menempatkan PMI ke luar negeri sampai membludak. Namun diimbangi dengan menambah lapangan kerja baru di dalam negeri,” kata Romo Guntur. 

Romo Guntur juga mengingatkan untuk menjadi pahlawan, PMI tidak perlu menumpahkan darah, tetapi bisa dengan banyak cara dan banyak ladang. Teguh Subaryanto, Staf KJRI Hong Kong, hadir dalam diskusi tersebut dan memberikan komentar mengenai konten-konten yang terdapat dalam buletin VoM. Ia menyoroti konten tentang kebijakan menyumbang serta perlunya kehati-hatian PMI mengenali organisasi/instansi yang mempunyai izin untuk melakukan penarikan sumbangan. 

“Buletin ini mempunyai konten yang bagus dan semoga bermanfaat bagi PMI Hong Kong,” kata Teguh.

Anggota Pokja Voice of Migrants Membawa Buletin yang Mereka Terbitkan.

Selain diskusi mengenai kepahlawanan dan hubungannya dengan pekerja migran, organisasi yang tergabung dalam Pokja VoM juga menginfokan tentang visi misi dan program kerja VoM. Peserta diskusi juga berkesempatan melakukan konseling terbuka mengenai masalah-masalah PMI. Beberapa permasalahan yang diutarakan di antaranya menyangkut kontrak kerja, asuransi kesehatan dan klinik di KJRI Hong Kong. Konseling terbuka seperti itu memberi manfaat yakni membuka ruang untuk belajar menghargai sesama dan meluaskan toleransi yang didasari kasih  dan sayang.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.