Investigation

Kisah Buruh Migran Elis Melawan Overcharging (1)

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Ilustrasi Jeratan Hutang TKI Ketika Terkena Overcharging
Ilustrasi Jeratan Hutang TKI Ketika Terkena Overcharging

Bulan Maret 2015, Elis Susandra memutuskan datang ke PT. MSS, sebuah PJTKI/PPTKIS yang pernah memberangkatkannya ke Hong Kong tahun 2009. Demi membiayai kuliah anak, cerita Elis sebagai buruh mirgan di negeri beton kembali dimulai. Proses pendaftaran berlangsung cepat, karena ada majikan yang ingin mengambilnya menjadi pekerja. Tanggal 17/04/2015, Elis datang ke PJTKI untuk menandatangani Job Order yang telah dikirim agensi Hong Kong lewat Fax.

Di dalam Job Order, tertulis jika rumah majikan berisi empat orang dewasa, satu anak dan kakek. Elis setuju untuk menjaga kakek dan akan bekerja dengan pekerja Indonesia lainnya. Ia menandatangani berkas tersebut dan pulang ke rumah. Visa Elis turun tanggal 28/04/2015 dan mendapat jadwal terbang tanggal 05/05/2015. Ia sempat menanyakan mengenai tanda tangan kontrak di kertas hijau—kontrak kerja— tapi PJTKI bilang bahwa semua sudah ditandangani mereka.

PJTKI hanya memberitahu bahwa potongan untuk biaya penempatan adalah HK$2145 x 6 bulan.
Hari keberangkatan tiba, saat berada di bandara Juanda, Surabaya, seorang pengantar dari PJTKI memberikan Elis sebuah amplop putih. Ia berpesan untuk memberikan amplop tersebut di loket pertama. Elis yang sempat ditahan dan ditanya mengenai KTKLN ketika di bandara menyodorkan amplop tersebut dan dibebaskan.

Malam itu ia sampai di bandara Hong Kong, dijemput orang agensi dan ditampung di sebuah boarding house daerah Causeway Bay. Hari berikutnya Elis diantar tes kesehatan, dan setelahnya dijemput oleh majikan. Megasea Employment Agency Limited—agensi yang digunakan—menahan  paspor dan kontrak kerja Elis. Saat itu ia hanya diam karena teman-teman yang lain juga mendapat perlakuan sama.

Sesampai di rumah majikan, Elis dipertemukan dengan pekerja lain yang memberitahu tugas apa yang harus dikerjakan. Ia bingung, kenapa dalam kontrak bekerja di tower 4, tetapi tidur di tower 1. Tugasnya setiap hari tak hanya menjaga kakek, tetapi juga menyiapkan makanan untuk anak kecil dan mengantarkannya ke sekolah.

“Saya bekerja dari pukul 07.00 sampai pukul 23.00 malam. Setiap hari hanya tidur 2-3 jam saja, karena kakek yang dijaga sering bangun dan minta diantar ke kamar mandi,”kata Elis.

Dengan beban kerja berat dan istirahat kurang, ia tidur bersama seekor anjing, tanpa fasilitas kamar dan almari untuk menaruh barang pribadi. Elis memutuskan membeli Sim Card dan menanyakan hal tersebut pada PJTKI karena Job tak sesuai denagn gambaran PJTKI waktu itu. Pihak PJTKI tak pernah membalas pesan, begitu juga ketika menelpon agensi, mereka hanya menyuruh sabar karena ada temannya.

Setelah dua minggu berada di Hong Kong datanglah surat tagihan dari Toyo Finance, berisi dua kartu pembayaran yang bisa dibayarkan di 7eleven. Elis mendapat dua kartu dengan pinjaman HK$2145×6 dan HK$550×6. Ia menelpon agensi dan mereka menjawab tak tau menahu soal pembayaran tersebut. Mereka hanya menjawab sibuk ketika beberapa kali Elis minta penjelasan rincian potongan.

“Saya menelpon pemilik PJTKI yang memberangkatkan saya, Wesley—pemilik PJTKI—tapi tak dijawabnya,” ujar Elis.

Bersambung..

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.