Figures

Kisah Mantan Buruh Migran Menjadi Juragan Tas

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Aktivitas di Bengkel Kerja Pembuatan Tas Milik Winoto. Foto : Yudi Setiyadi
Aktivitas di Bengkel Kerja Pembuatan Tas Milik Winoto. Foto : Yudi Setiyadi

Sebuah mimpi bisa mengubah hidup seseorang, inilah yang dibuktikan oleh Winoto (34), mantan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Banyumas. Sebelum membuka usaha, Winoto sempat bekerja sebagai buruh konveksi tas pada industri rumahan di Jakarta. Pengalaman kerja menjadikan Winoto mahir dalam membuat beragam jenis tas.

 Ia pun pernah bermimpi suatu saat membuka usaha konveksi tas. Ketika ada kesempatan untuk membuka usaha, berbekal keterampilan dan tekat kuat, Winoto membuka usaha pembuatan tas tahun 2006 di desanya.

“Bos saya tidak bisa membuat tas, ia hanya bisa menjualnya. Dari situ saya berpikir kenapa saya yang memiliki keterampilan membuat tas tidak membuka usaha sendiri,” tutur Winoto, Kamis (19/11).

Dua tahun berjalan, permintaan tas produksinya semakin banyak. Merasa kekurangan modal, Winoto yang saat itu takut meminjam modal ke bank memutuskan untuk bekerja menjadi BMI di Korea Selatan tahun 2008. Setelah kepulangannya dari Korea tahun 2013, Winoto memulai kembali usaha konveksi tas yang sempat berhenti. Ia memanfaatkan hasil jerih payah kerjanya di Korea Selatan untuk mengembangkan usaha. 

 “Satu bulan di rumah, uangnya langsung saya pakai untuk usaha, kalau kelamaan takut habis,”tambahnya.

 Kini usahanya terus berkembang dan tas hasil produksinya pun telah naik tingkat. Beragam tas perempuan dengan desain modis produksi Winoto telah beredar di pasaran nasional. Seminggu dua kali produk tas dari mantan buruh migran tersebut dikirim pada distributor di Jakarta, Medan dan Bogor. 

 Tak hanya tas perempuan yang diproduksi oleh Winoto, ia juga membuat dompet, tas laptop, tas ransel dan tas untuk keperluan diklat. Harga grosir tas perempuan dari Winoto bisa lebih murah dibanding harga di pasaran yang berkisar  300 ribuan. Sedangkan untuk tas laptop dan tas diklat dibuat sesuai dengan pesanan.

 Usaha Winoto terus berkembang, kini ia bisa mempekerjakan 13 orang karyawan yang berasal dari tetangga-tetangganya di desa. Dalam seminggu, konveksi tas milik Winoto bisa memproduksi lebih dari 240 tas dengan jenis dan kualitas yang beragam. 

Saat ini omzet usaha tas milik Winoto mencapai 80 juta/bulan. Selain membawa keuntungan untuk dirinya, Winoto juga telah berhasil memberdayakan tetangga-tetangga yang ikut bekerja padanya. Meski telah memiliki pasar luas dan omzet yang cukup besar, Winoto masih memiliki mimpi besar yang ingin dia capai.

“Saya ingin melibatkan lebih banyak tetangga-tetangga saya lagi, agar bisa bekerja di desa sendiri tanpa harus berpikir ke luar kota atau luar negeri,” pungkasnya.

Satu komentar untuk “Kisah Mantan Buruh Migran Menjadi Juragan Tas

  1. Sungguh inspiratif kisah yang disuguhkan diatas. Memberi banyak motivasi kepada saya supaya banyak bekerja keras. Kalau mantan TKI aja bisa kenapa yang lulus S1 kaya saya belum bisa.. Harus semangat..
    Terimakasih infonya

    Tas Branded Murah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.