(Bahasa Indonesia) Langkah Kreatif Mengurangi Migrasi Berulang

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Fatiyah (kiri) saat mangajar Anak-Anak TKI
Fatiyah (kiri) saat mangajar Anak-Anak TKI

Fatiyah (35) ialah salah satu binaan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) Lombok Timur, salah satu lembaga yang peduli pada buruh migran Indonesia. Fatiyah adalah contoh mantan TKI yang menjadi inspirasi bagi mantan-mantan TKI lain di Dusun Teniki, Desa Gelanggan, Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur.

Nama Fatiyah juga lekat di hati anak– anak TKI di Dusun Teniki, karena ia juga mengajar pada salah satu sekolah PAUD di Dusun Teniki yang memiliki 40 siswa dari anak TKI. Menjadi TKI di Malaysia pada tahun 2004–2005, Fatiyah kemudian memutuskan untuk  pulang ke Indonesia. Di tahun 2010, ia mendapatkan pendampingan wirausaha dari ADBMI dan setelahnya membuka usaha barang-barang kerajinan bersama 15 temannya mantan TKI dan keluarga TKI.

Beberapa usahanya antara lain membuat peralatan rumah tangga dari batok kelapa, sulaman, serta kerajinan-kerjinan tangan lain seperti kipas tangan rotan, taplak meja, keset, bros kaitan, bros batok kelapa, dan peralatan dapur lain dari batok kelapa. Penjualan produk taplak meja karya Fatiyah dan dan kelompok usahanya dipesan borongan dengan harga Rp.25.000/biji. Sementara untuk kerajinan peralatan dapur dari batok kelapa, ia menjualnya mulai dari Ep.35.000/biji.

Fatiyah berharap agar ke depan, omset penjualannya terus meningkat, ia mempunyai cara-cara yan menurutnya efektif untuk meningkatkan penjualan.

“Omset penjualan ini bisa bertambah dengan cara melakukan promosi yang lebih gencar, mengikuti program pameran-pameran yang diadakan pemerintah ataupun swasta, ” tutur Fatiyah.

Ia dan kelompoknya juga berharap bisa mengakses modal pinjaman yang lebih besar sehingga ketersediaan produk yang dihasilkan lebih banyak dan lebih beragam lagi. ADBMI berkomitmen untuk memperkuat kapasitas mantan TKI. Hal dilakukan dengan menggelar berbagai pelatihan, seperti pelatihan manajemen keuangan keluarga BMI dan pelatihan kewirausahaan.

Pihak lain yang juga mendukung pendampingan ekonomi Mantan TKI di Desa Gelanggang adalah Lembaga Sosial Desa (LSD) “Sehati “. LSD Sehati juga membantu permodalan dengan menyediakan bahan–bahan mentah seperti benang dan jarum. Salah satu masalah umum yang kerap terjadi ketika purna TKI pulang dari luar negeri adalah kebingungan hendak melakukan apa dan mau membuka usaha apa di kampung halaman.

Kecenderungan yang terjadi di Desa Gelanggang, mantan TKI hanya menggunakan uang hasil bekerja di luar negeri untuk membeli sepeda motor baru dan kemudian menjadi tukang ojek. Maka tak heran jika posko ojek menjamur di sepanjang jalan di Desa Gelanggang, tetapi laju perkembangan ekonomi desa tak kunjung membaik, karena lebih banyak tukang ojek dari pada penumpangnya.

Sementara jarang diantara mereka yang menggunakan hasil bekerja di luar negeri untuk mengganti sapi atau kerbau yang dulu mereka jual atau tanah pertanian yang mereka gadai untuk ongkos penempatan kerja di luar negeri. Pola ekonomi di Desa Gelanggang tersebut berlangsung selama 3-4 bulan.

“Setelah uang yang didapat dari menjadi TKI habis, mereka akan bermigrasi, begitu seterusnya,”ujar Indrawati pendamping TKI ADBMI.

Indrawati menjelaskan bahwa ADBMI akan membantu TKI purna dan keluarga TKI untuk memanfaatkan uang remitansi. Berbagai macam usaha produktif yang mampu melahirkan lapangan kerja baru di desa, seperti langkah-langkah kreatif yang ditempuh Fatiyah bisa mengurangi migrasi berulang.

Satu komentar untuk “(Bahasa Indonesia) Langkah Kreatif Mengurangi Migrasi Berulang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.