BANYUMAS. Tarno (41) dan Khomsiyati (38), adalah sepasang suami istri, yang sejak 15 tahun yang lalu menghabiskan waktunya di Arab Saudi untuk bekerja sebagai TKI. Mereka mengeluh karena, Gani (16), anak semata wayangnya terjerumus dalam pergaulan yang sangat memprihatinkan. Mereka tidak menyangka, bahwa anaknya yang dititipkan kepada nenek dan pamannya tersebut sangat akrab dengan minuman beralkohol, bahkan tak serius dalam menempuh pendidikan di sekolah.
Kusmiyati (39), seorang guru PAUD, mengeluh dengan tumbuh kembang anak didiknya, terutama anak-anak yang ditinggal pergi ibunya bekerja di luar negeri. Ia yang sudah cukup lama mengasuh anak-anak BMI, sangat paham dengan muridnya yang diasuh oleh bapak atau neneknya di rumah. Menurut perempuan yang tiga kali ditinggal suaminya bekerja di Taiwan tersebut, anak-anak yang diasuh oleh ayah atau neneknya, perkembangan mentalnya sangat berbeda dengan yang langsung diasuh oleh ibunya sendiri.
Hal-hal seperti inilah yang mendasari SERUNI Banyumas, untuk mengadakan pelatihan “fathering” atau pengasuhan anak bagi suami-suami buruh migran. Pelatihan ini bertujuan agar para suami yang ditinggal istrinya keluar negeri paham bagaimana cara mengasuh anak yang baik.
Menurut Waryati, ketua Seruni Banyumas, pelatihan ini penting, karena sangat bermanfaat bagi istri yang sedang bekerja di luar negeri, suami yang mengasuh anak di kampung halaman dan juga bagi perkembangan anak tersebut.
“Kami akan memberikan materi kepada suami-suami BMI. Diantaranya tentang pengasuhan anak yang baik, gizi anak, tumbuh kembang anak dan moralitas.” tutur perempuan yang pernah bekerja di Singapura ini.
Pelatihan “fathering” akan dilaksanakan pada tanggal 12 dan 13 Januari 2013, di empat kecamatan kantong BMI Banyumas, yaitu kecamatan Kalibagor, Sokaraja, Gumelar dan Sumbang. SERUNI menurunkan empat tim, yang satu timnya terdiri dari 5 orang. Pelatihan tersebut, bekerjasama dengan PPGA Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.