Jika masih ada orang yang merendahkan atau melecehkan sebutan Pekerja Rumah Tangga (PRT) sebagai individu dengan derajat rendahan, maka orang itu salah besar. PRT bukan sekadar pembantu, pesuruh, babu, atau bahkan budak yang mudah diremehkan oleh segelintir orang.
PRT adalah pekerja yang diakui oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) melalui konferensi yang bertepatan 100 tahun ILO, sebagai profesi yang memiliki status seperti profesi atau tenaga kerja lainnya. Dengan demikian keberadaannya harus diakui sebagai sebuah profesi dan dihargai hak-haknya sebagai pekerja. Hal yang akan membuat malu mereka yang menghina TKI adalah fakta bahwa TKI bisa berkarya, TKI bisa menulis buku, mengenyam bangku kuliah, bahkan menjadi dosen atau pengusaha.
Anung D Lizta yang bekerja di Singapura, bersama kawan-kawannya sesama TKI telah membuktikan bahwa TKI mampu memiliki keahlian dan kapasitas melalui tulisan-tulisan yang mereka terbitkan dalam buku berjudul Penantang Mimpi, Tuhan, Aku, dan Sastra. Buku tersebut berisi kumpulan karya sastra yang bersumber dari kisah nyata yang mereka hadapi sebagai TKI pekerja rumah tangga.
“Hal lainnya yang saya suka dengan jabatan sebagai TKI saat ini adalah adanya waktu untuk saya menulis. Berkarya dalam tulisan. Awalnya cuma buat membunuh rasa sepi tapi lama kelamaan jadi ketagihan. Jadi juara lomba menulis di dunia maya (FB) juga pernah, juara puisi dan cerpen. Majikan saya sangat mendukung, selain menyekolahkan saya lagi sampai tamat setara SMA (Paket C) walau hasilnya ‘Ngawang‘ alias asal-asalan, tapi ini menjadi bukti, walau di luar negeri, TKI masih bisa lulus SMA yang diakui oleh negara.” tutur Anung.
Buku terbaru Anung bersama TKI lainnya dan pendukung nasib kami, berhasil terbit pada bulan Agustus 2012. Buku “Penantang Mimpi” adalah sebagai kekuatan bagi Anung dan jutaan buruh migran yang lain untuk terus berjuang tanpa mengenal putus asa.
“Meskipun banyak TKI lain yang nasibnya kurang baik. Dengan hadirnya buku ini saya harapkan para pejabat mau melihat ke arah kami jangan cuma ngarepin devisanya saja. Mau sampai kapan kami di jadikan sapi perah, cuma mengharap devisa tanpa mempedulikan nasib kami yang perlu adanya perlindungan hukum. Apalagi itu si KTKLN, bikin saya ketakutan mau pulang. Sudah paspor dan KTP tahun lahirnya beda, ditambah lagi pemerasaan.” imbuhnya.
TKI Singapura, majulah terus jangan takut meyerah. Buku ‘PENANTANG MIMPI’ seharusnya menjadi sumber inspirasi bagi para pejabat untuk memperbaiki kebijakan soal penempatan dan perlindungan TKI. Bagi mereka yang peduli TKI wajib membeli buku ini dan bersama-sama menyuarakan suara-suara yang tertindas.
===============================
ISBN 978-602-7693-08-1
Buku ini sudah bisa dipesan. Silakan inbox Facebook Hasfa Publisher atau SMS ke 081914032201.
tulis nama/alamat/telpon/jumlah/judul buku yang dipesan.
Membuktikan bahwa apa pun pekerjaannya, orang bisa menjadi pencerah bagi yang lain..
Hebat! Inilah TKI berintelektual tinggi.