News

(Bahasa Indonesia) Suka Duka BMI Taiwan Saat Ramadhan

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Sebagai sebuah kegiatan tahunan, dalam setahun sekali, seluruh muslim di dunia, termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri Formosa (Taiwan) pasti wajib menjalani puasa di bulan Ramadhan dan merayakan lebaran di bulan Syawal. Lantas, bagaimana puasa dan lebaran di Taiwan dengan kondisi bekerja yang harus dijalani TKI Taiwan?

Tentu ada pelbagai macam kisah ketika para TKI menyambut bulan suci Ramadhan di Taiwan. Sebagaimana tahun lalu, Ramadhan pada tahun ini, TKI Taiwan menghadapinya dengan hari-hari yang sangat berkesan karena tidak hanya beribadah, mereka menjalani puasa, dengan banyak kondisi dan hal yang berbeda.

Seperti yang dituturkan oleh Umi (38), TKI di daerah Tai Tung yang bekerja merawat lansia. Ia sudah terbiasa dengan kondisi puasa ramandhan di perantauan. Majikan sangat memahami dan tidak mempermasalahkan saat Umi harus menjalankan puasa dan beribadah, walaupun terkadang, nenek yang dirawatnya crewet dengan pemborosan air di saat Umi mengambil air untuk wudhu.

Di saat berbuka saya minum air putih dan makan nasi dan di saat sahur saya hanya makan biskuit dan minum air putih, bagi saya tidak ada kendala saya tetap dengan lancar menjalankan aktifitas sehari-hari dan tetap optimis.

Begitu juga yang di alami oleh Sumiatun (36) Buruh Migran Indonesia (BMI) di wilayah Mioli yang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT), menurutnya ada berkah dan hikmah di bulan puasa tahun ini, majikan sudah memahaminya.

“Alhamdhulillah, majikan tidak melarang saya menjalankan Ibadah sholat 5 waktu dan puasa ramadhan, Saya berbuka dengan apa adanya, sahur pun juga begitu, hal ini tidak menyurutkan aktivitas saya, saya tetap semangat, karena puasa adalah wajib dijalankan bagi umat Islam. ”, tutur Sumiatun.

Hani (25) BMI di wilayah Tai Chung yang bekerja di sebuah pabrik memiliki tantangan berbeda saat bulan Ramadhan. Saat puasa, Ia membutuhkan tenaga serta stamina, agar tidak terlihat lemas di depan mandor saat bekerja.

“Jika mandor melihat saya lemas, pasti saya kena marah. Tapi tetap saya paksakan hingga tiba waktu berbuka puasa. Saya mulai merasakan kesedihan saat ingat kampung halaman, saat masa-masa bulan puasa, dan saat berbuka bersama keluarga, tak terasa saya meneteskan air mata. Di Kampung, lebaran itu menyenangkan dan meriah, sedangkan di sini (di Taiwan), lebaran hanya bersama kawan-kawan, tetapi saya tetap optimis dan yakin bahwa yang saya lakukan sekarang ini adalah kebaikan buat masa depan nanti.” tutur Hani.

Hampir sama dengan Hani, Istiqomah (35) BMI di daerah Taoyuan, menyatakan kewajiban sebagai orang muslim adalah tetap optimis dalam bekerja sekalipun sedang menjalankan ibadah puasa.

“Majikan tidak melarang dan tidak mempermasalahkan saya menjalankan ibadah 5 waktu, saya sangat bersyukur sekali atas semua ini, semoga Tuhan memberkahi dan meridhoi apa yang saya lakukan (bekerja sebagai TKI) adalah demi masa depan.” tutur Istiqomah.

Menurut informasi yang diperoleh penulis, ada pelbagai macam kegiatan yang bisa yang diikuti para TKI selama bulan Ramadhan di Taiwan, seperti kegiatan-kegiatan dalam berorganisasi, sholat tarawih di masjid daerah setempat, berbuka bersama, dan lain-lain. Bagi kawan-kawan TKI Taiwan, puasa tahun ini tidak menyurutkan aktivitas sehari-hari, mereka tetap optimis dalam menjalankan ibadah Ramadhan.

Satu komentar untuk “(Bahasa Indonesia) Suka Duka BMI Taiwan Saat Ramadhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.