Sorry, this entry is only available in Indonesian.
Kesulitan hidup adalah alasan terbesar ketika seseorang memutuskan untuk menjadi TKI. Perasaan bahwa tidak tersedia lapangan pekerjaan yang menjanjikan di tanah air sendiri mendorong calon TKI rela merantau hingga ribuan kilometer. Di sisi lain, kita juga sering mendengar kabar-kabar buruk tentang nasib TKI. Mulai dari yang tertipu oleh perusahaan penyalur tenaga kerja hingga yang terancam hukuman mati di negara lain.
Mengingat tingginya risiko bekerja di luar negeri, tentu sangat penting bagi calon TKI untuk benar-benar mempersiapkan diri sebelum berangkat. Salah satu yang harus dipertimbangkan adalah alasan calon TKI sehingga ia harus berangkat ke luar negeri. Beberapa alasan yang sering terjadi, calon TKI berangkat mencari penghasilan yang akan dipakai untuk:
(1) membayar hutang
(2) menyekolahkan anak
(3) investasi
Selain itu ada pula yang hendak (4) mencari pengalaman kerja.
Dengan mengetahui jelas sebab menjadi TKI, maka bisa dibuat perencanaan matang untuk memastikan bahwa keberangkatan ke luar negeri tidak sia-sia.
Contoh perencanaan itu seperti berikut. Semisal alasan calon TKI ke luar negeri adalah untuk membayar hutang. Maka ia, sebelum berangkat, paling tidak sudah (1) menjumlah hutang yang harus dibayar, (2) membuat urutan, hutang mana yang paling mendesak untuk dibayar, (3) menentukan negara tujuan dengan cara menghitung perkiraan gaji yang akan didapat, lalu disesuaikan dengan jumlah hutang.
Begitu pula bila alasannya adalah untuk menyekolahkan anak. Calon TKI harus sudah jelas mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk kebutuhan sekolah. Jika untuk investasi, juga harus sudah memahami jenis investasi yang mau diambil (tanah, emas, atau membuka usaha).
Selain itu, jika tujuannya adalah mencari pengalaman kerja, sangat penting bagi calon TKI untuk tahu: keahlian apa yang dimiliki serta sampai mana pengalaman itu dicari.
Dengan kata lain, ketika TKI siap berangkat, TKI telah memiliki target untuk dicapai. Tentu tidak lucu jika setelah sekian lama mengorbankan waktu dan tenaga, ketika kembali ke tanah air justru tak menghasilkan apapun.[]