BANYUMAS. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di tengah-tengah kita, banyak mempermudah kehidupan kita. Buruh Migran Indonesia (BMI ) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lokasi kerjanya jauh dari keluarga dan tingkat pertemuannya dengan keluarga yang sangat jarang, kini terbantu dengan teknologi komunikasi berupa jaringan telepon dan internet.
Hal inilah yang menginspirasi Budi Satrio, untuk senantiasa memanggil para calon TKI di desanya untuk belajar penguasaan alat teknologi, khususnya komputer, sebelum mereka berangkat ke luar negeri. Kepala Desa Melung, Kedungbanteng, Banyumas itu senantiasa memanggil warganya yang hendak bekerja ke luar negeri untuk datang ke balai desa. Tim di desa kemudian mengajarkan banyak hal tentang pemanfaatan teknologi bagi calon TKI. Mereka dikenalkan dengan internet. Budi juga mewajibkan mereka untuk mempunyai alamat surat elektronik (surel/e-mail) untuk berkomunikasi dengan keluarga di desa.
“Ini untuk mempermudah komunikasi antara Buruh Migran dengan keluarga di rumah. Lagi pula teknologi komunikasi yang berbasis internet kan saat ini biayanya semakin murah. ” kata Budi di ruang kerjanya (24/12/11) .
Kades yang sedang berusaha agar desanya menerapkan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, sebagai dukungan tata pemerintahan dan pemberdayaah desa itu juga menganjurkan agar setiap calon TKI nantinya paham dengan aturan-aturan keimigrasian yang telah diatur oleh pemerintah. Dan ia juga tidak lupa mengingatkan mereka untuk meninggalkan foto copy atau salinan dokumen sebagai arsip keluarga di rumah.
“Kita tidak menginginkan warga kami mengalami masalah di luar negeri. Namun mengantisipasi hal-hal terburuk adalah hal yang bijaksana. Dan Alhamdulillah, belum pernah ada warga kami yang mengalami masalah serius di negeri orang.” Ujar kades yang menjabat sudah dua priode ini.
Selama dua hari (23-24/12/11), Desa Melung yang terletak di kaki gunung Slamet bagian Selatan itu, dijadikan tempat workshop “Desa Membangun, Melalui Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Workshop diikuti oleh pelbagai elemen masyarakat desa, seperti Pemerintahan Desa, Kelompok Swadaya Masyarakat, Organisasi Pemuda, Badan Perwakilan Desa, Lembaga Desa, Tenaga Pendidik dan kelompok-kelompok pendukung desa lainnya.
Salah satu hasil workshop tersebut adalah ide untuk pengembangan sistem basis data migrasi yang terhubung dengan sistem pendataan warga di desa, sehingga perlindungan BMI bisa dikawal sejak dari desa.
Semoga buruh migran diberikan pendidikan tentang pembuatan email dan pemanfaatan internet
Betul mas, seharusnya pemanfaatan internet masuk dalam paket pembekalan dan pendidikan sebelum BMI diberangkatkan ke negara tujuan. Sehingga perlindungan BMI lebih terjamn jika berjejaring dan menjalin komunikasi. terimakasih atas kunjungannya 🙂