Masa pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum juga menemukan titik terang kapan akan berakhir. Peristiwa yang sudah berlangsung lama ini banyak memengaruhi sektor kehidupan masyarakat, terutama perekonomian. Seperti halnya yang dialami oleh Mesinah (53 tahun), warga Dukuh Ngasem, Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo.
Mesinah merupakan seorang pedagang sayur mayur. Profesi ini ia geluti sejak tahun 1984. Awalnya ia biasa menjual barang dagangannya di Pasar Sumoroto. Namun kini, lokasi berjualannya berpindah ke Pasar Dangkrang, Purwantoro. Setiap harinya, Mesinah dibantu oleh tiga orang anaknya membawa sayur mayur segar dengan mobil pick up.
Sayur mayur yang dijual Mesinah meliputi bayam, kangkung, kenikir, terong, dan lainnya. Menurut Mesinah, sebelum adanya Covid-19, ia biasa membawa sayur dalam jumlah yang banyak dan mudah menjualnya. Namun, sejak adanya Covid, sayur mayur yang dijualnya berkurang drastis. “Dulu sayur skalanya besar. Sekarang hanya sepertiga dari yang dulu. Contohnya terong, dulu berkarung-karung yang dibawa pasti laku. Sekarang harus dipaket-paket per 10 kilogram,” ujar Mesinah saat ditemui Redaksi KOPI Bringinan di rumahnya, (3/11/2020).
Karena kondisi tersebut, omzet yang ia dapatkan pun sangat jauh berbeda dengan sebelum pandemi. Sebelumnya, dalam satu hari ia bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 200 ribu rupiah. Namun, kini, keuntungannya bisa turun hingga separuhnya, antara 50 ribu sampai 100 ribu rupiah. “Karena jumlah yang dibawa juga menurun,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dialami oleh Heri, pedagang binatang ternak dari Desa Bringinan. Karena pandemi, omzetnya juga menurun drastis. Bahkan, selama tiga bulan, Heri tidak bisa jualan binatang ternak di pasar. “Beda jauh sebelum Corona dan sekarang. Agak prihatin dulu,” ujar Heri.
Kendati kondisi sedang sulit, mereka tetap senang berdagang. Dengan usia yang sudah tak lagi muda, mereka mengajarkan hidup yang pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Mereka dan kita semua berharap, pandemi Covid-19 segera berlalu.