Sumur Terintegerasi, Inovasi Unik Desa Bringinan

Author

 

(Keterangan foto: Warga Bringinan sedang menunjukkan bentuk sumur terintegrasi)

Kemarau panjang salah satu masalah terbesar bagi para petani. Air yang sulit didapat membuat petani merugi banyak. Bagaimana tidak? Karena kekeringan, kebun-kebun atau persawahan yang sudah mereka tanami bakal gagal panen, tanahnya tandus kering karena kurangnya air. 

 

Berbeda dengan warga Desa Bringinan yang mayoritas juga sebagai petani, mereka tengah berbahagia dalam melakukan aktifitasnya, yaitu bercocok tanam. Karena apa? Di Desa Bringinan kini telah ada solusi untuk mengatasi hal itu yakni adanya “Sumur Terintegrasi”. 

 

Apa itu sumur terintegrasi?

 

Jika melirik dari kata “terintegrasi”, maka bisa dikatakan bahwa sumur terintegrasi itu adalah saling terhubung antara satu sumur dengan sumur yang lainnya. Bagaimana kok bisa terhubung? Karena memakai sistem pipanisasi maksudnya petani tidak perlu menata selang plastik jauh-jauh dari sumber sumur. Jadi, tinggal buka krannya saja air sudah mengalir dan pipa tersebut dipendam dalam tanah jadi tidak takut rusak. 

 

Inisiasi Kades Bringinan

Munculnya inisiasi sumur terintegrasi tidak lepas dari peran Kepala Desa (Kades) Bringinan, Barno. Dia adalah  inisiator munculnya sumur terintegrasi. Barno berharap dengan adanya sumur terintegrasi dapat membantu petani dalam hal irigasi pertanian. 

 

Munculnya istilah sumur terintegrasi ini berawal dari program pemerintah terkait Dana Desa. Desa Bringinan memiliki 4 prioritas pemanfaatan Dana Desa yaitu; Pengembangan BUMDesa, Produk Unggulan, Embung, dan Sarana Olahraga. 

 

Barno di sini ingin mewujudkan salah satu dari 4 prioritas tersebut yaitu Embung. Karena keadaan lahan di Desa Bringinan tidak memungkinkan untuk pembuatan embung, maka munculah istilah program jangka panjang berkelanjutan Sumur Terintegrasi solusi Embung Jokowi dengan sistem pipanisasi.

 

Program berkelanjutan ini dilatarbelakangi juga dengan adanya sumur bekas pembangunan air tanah (P2T) yang sudah rusak, tapi sumurnya masih bagus. Maka, dipasanglah sebuah pompa air dengan tenaga listrik (sibel) dan jika dilihat dari sisi pengoperasiannya pun lebih terjangkau serta lebih hemat jika dikalkulasi. 

 

Berpikir panjang terkait bekas sumur ini masih bisa dimanfaatkan pula. Pada tahun 2018 tercatat 10 buah sumur yakni 2 buah bekas P2T, 6 buah pembuatan baru, 1 buah bantuan APBN, dan 1 buah bantuan daerah. Selain untuk irigasi pertanian, tujuannya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD), karena yang mengelola sumur-sumur tersebut serta kelengkapannya adalah BUMDesa. 

 

Melihat inovasi sumur terintegrasi ini yang mencuat melalui video atau youtube, banyak yang ingin berkunjung untuk melihatnya, seperti apa to kok bisa viral? Mulai dari TPID Kecamatan Jambon, Jenangan, Mlarak, bahkan dari luar Kabupaten juga berkunjung untuk melihat sumur tersebut. 

 

Semakin ramai yang berkunjung hingga merambah ke luar Provinsi. Kebanyakan dari kunjungan tersebut tak lain adalah untuk belajar bersama membangun desa dengan inovasi- inovasi lainnya, salah satunya melalui sumur terintegrasi tersebut. 

 

Dengan demikian, adanya sumur tersebut membawa dampak positif bagi kalangan masyarakat luas karena bisa dirasakan manfaatnya. Hal ini merupakan aset berharga bagi desa Bringinan terkait sumber air, seperti yang dikatakan Barno. “Tinggalkanlah mata air, bukan air mata”. 

 

Pemikiran Barno sangat menginspiratif, “Maju bersama petani demi terciptanya kemandirian ekonomi bangsa” dapat diwujudkan dengan semangat gotong royong bersama warga desa.

 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.