Hari Buruh Migran Internasional yang diperingati setiap 18 Desember pada tahun ini kebetulan bertepatan dengan hari Minggu. Sekitar 500 lebih Buruh Migran Indonesia (BMI) yang tergabung dalan Aliansi cabut UU No. 39/2004 beranggotakan ATKI, IMWU, GAMMI, LIPMI, dan PILAR telah berkumpul di lapangan rumput Victoria Park dari pukul 11.00 pagi waktu Hong Kong.
Pukul 13.00 waktu Hong Kong, BMI mulai bergerak menuju SOGO kemudian melanjutkan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong. Di depan KJRI, mereka melakukan orasi bergantian dari masing-masing perwakilan organisasi. Tuntutan yang serukan antara lain:
- Hentikan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
- Cabut UU no.39/2004 tentang PPTKILN sekarang juga
- Berlakukan kontrak mandiri untuk semua BMI
- Turunkan biaya penempatan dan tetapkan sebagai peraturan nasional
- Hapus mandatori KTKLN sekarang juga
- Lindungi BMI bukan agensi
- Hentikan perampas upah dan kerja BMI
Namun sayangnya tidak ada satupun perwakilan dari KJRI yang berkenan keluar untuk menjawab tuntutan BMI atau sekadar menemui mereka.
Pukul 14.00, para BMI dengan pengawalan ketat polisi Hong Kong meninggalkan KJRI dan melanjutkan menuju ke Kantor Pemerintahan Hong Kong (Central Government Office) untuk bergabung dengan buruh migran dari berbagai negara lain yang sama-sama bekerja di Hong Kong.
Sekitar 1000 lebih buruh migran dari pelbagai negara melakukan orasi bersama untuk menyampaikan tuntutan pada pemerintah Hong Kong, diantaranya:
- Naikkan gaji HK$4000
- Hapus 2 Minggu ijin tinggal setelah pekerja migran di PHK
- Hapus diskriminasi
- Akui buruh migran sebagai pekerja
Buruh migran yang bekerja di sektor rumah tangga hanya bisa menikmati kenaikan gaji untuk kontrak kerja yang baru ditandatangani. Sedang untuk kontrak lama, jika ingin menikmati kenaikan gaji, mereka harus memperbarui kontrak baru (renew contract) dengan biaya yang tidak sedikit.
Setiap tahun, pada tanggal yang sama para buruh migran memperingati “Hari Buruh Migran Internasional” , namun kenyataannya nasib buruh migran masih saja memprihatinkan. Jangankan untuk berorganisasi, menikmati libur di hari Minggu pun masih banyak yang tidak mendapatkannya.
Selamat Hari Buruh Internasional. Semoga selalu ada perubahan menuju arah yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. [Fera]