Oleh: Zetha Alamsyah
Sejak duduk di bangku SD kelas 1, Nur Azizah salah satu anak buruh migran asal Kesugihan Cilacap sudah merasakan kurangnya kasih sayang seorang ibu. Perasaan ini ia alami sejak kepergian ibunya, Zizah, yang bekerja di Malaysia pada tahun 1996. Di Malyasia, ibunya membuat usaha rumah makan yang dikelola sendiri. Usaha rumah makan tersebut hingga kini sudah berjalan selama 14 tahun.
Kepergian ibunya ke Malaysia membuat Nur (demikian ia sering disapa) harus rela mengorbankan waktu bermain dengan teman-temannya. Sepulang sekolah, biasanya ia menghabiskan waktunya dengan membantu ayahnya menyelesaikan pekerjaan rumah. Menurut Nur, sejak kecil ia sudah terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri, mulai dari mencuci, membersihkan lantai, hingga menyiapkan kelari (daun kelapa yang dikeringkan) untuk bahan bakar memasak.
”Kadang aku sampai menyiapkan kelari sendiri loh,” ungkap Nur sambil melayangkan memorinya ke masa lalu. Selain itu, Nur juga sering dilanda kesedihan karena merasa kesepian tanpa kehadiran seorang ibu di sisinya. ”Yah, apalagi kalau lagi kangen, sedih lah mas,” tambahnya.
Dari kisah Nur, kita dapat mengetahui betapa kurangnya kasih sayang orang tua yang dialami oleh anak-anak para buruh migran. Banyak di antara mereka yang kehilangan perhatian dan kasih sayang orang tua di usia dini.
Terkadang kurangnya kasih sayang dan perhatian orangtua terutama ibu juga akan berpengaruh besar terhadap perkembangan jiwa anak,. salam