Komunitas Serantau bersama Infest Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan Jurnalistik yang diikuti 30 peserta dari perwakilan komunitas pekerja migran Indonesia (PMI), Senin (17/09/2018), bertempat di Hotel Anum, Chow Kit, Kuala Lumpur. Pelatihan jurnalistik ini juga menjadi ajang silaturahmi dan koordinasi antar komunitas. Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari Komunitas Info Warga Jember (IWJ), Prikitiew, Republik Ngapak, Paguyuban Wonosobo (Pawon) dan Aisyiah Muhammadiyah.
Pada awal kegiatan, Muhammad Irsyadul Ibad, Direktur Infest Yogyakarta, membuka acara dengan sesi perkenalan dari masing-masing peserta. Masing-masing peserta memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan dan alasan mengikuti kegiatan. Acara kemudian dilanjutkan Yudi Setiyadi dari Infest Yogyakarta yang memfasilitasi acara dengan mengenalkan kepada peserta tentang pentingnya pengelolaan informasi bagi pekerja migran.
Masalah yang dihadapi oleh kalangan pekerja migran Indonesia, sering kali berawal dari persoalan yang sederhana, yakni minimnya informasi yang diterima oleh pekerja migran, mulai dari proses perekrutan, sampai pada penempatan di negara tujuan. Selain itu, Yudi juga mengatakan, pada era digital saat ini penyebaran informasi dan berita beredar dengan sangat cepat, meskipun banyak informasi dan berita yang sengaja dipelintir oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
“Kabar bohong atau hoaks banyak beredar di media sosial, hal ini diciptakan selain untuk meraih keuntungan pribadi juga untuk kepentingan politik,” ujar Yudi.
Yudi juga mengajak semua peserta belajar penulisan jurnalistik untuk menciptakan informasi dan berita yang faktual dan independen. Menurutnya , banyak informasi-informasi hoaks dan tidak berimbang yang bisa menimbulkan kebencian dan mengancam persatuan bangsa. Yudi mencontohkan tentang ihwal kubu “kampret” dan kubu “cebong”, sebutan untuk pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia yang sedang viral di media sosial. Bagi pekerja migran, akan lebih baik jika fokus menyebarluaskan konten positif tinimbang terlibat dalam perang di ejekan di media sosial tersebut.
Setelah menjelaskan teknik-teknik kepenulisan, Yudi membagi semua peserta menjadi lima kelompok. Hal ini dilakukan agar peserta langsung mempraktikkan menulis berita melalui wawancara. Setiap kelompok kemudian diminta mempresentasikan hasil tulisan di hadapan kelompok lain.Yeni Rahma Tri, salah satu peserta mengatakan, pelatihan jurnalistik yang diadakan sangat bagus dan menambah ilmu tentang jurnalistik. Menurut Yeni, sebelumnya dia belum pernah belajar tentang jurnalistik.
“Dari pelatihan itu, nantinya kita bisa menulis dan menyuarakan apa yg tidak bisa kita sampaikan melalui lisan,” kata Yeni.