(Bahasa Indonesia) Pemkab Ponorogo Dukung Program Pemberdayaan Pekerja Migran di Negara Asal dan Penempatan

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Workshop Visioning Program di Ruang Pertemuan Bappeda Ponorogo (Senin, 7 Mei 2018)

Ponorogo—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo mengungkapkan dukungan dan komitmennya dalam mengawal program “Penguatan Perlindungan Pekerja Migran di Negara Asal  dan Negara Tujuan”. Pernyataan dukungan diungkapkan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dalam acara Workshop Visioning Program di Ruang Pertemuan Bappeda Ponorogo, pada Senin (7/5/18).

SKPD yang dilibatkan dalam proses pengawalan program di antaranya adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Ponorogo.

Selain SKPD di Kabupaten Ponorogo, Tiga Kades dan Ketua Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) dari Desa Bringinan, Desa Nongkodono dan Desa Pondok juga turut hadir meyatakan komitmennya. Tiga Desa tersebut merupakan desa dampingan Infest Yogyakarta, sebagai penyelenggara program selama tiga tahun ke depan. Tiga Desa tersebut merupakan desa di tiga kecamatan berbeda, yang telah diseleksi berdasarkan proses Need Assessment (NA) pada enam desa di enam kecamatan yang berbeda.

“Kami menyambut baik dan mendukung kerjasama program Infest ini, MoU telah kami terima dan telah telah kami pelajari untuk kami ditindaklanjuti terkait pembagian peran masing-masing SKPD. Jadi, monggo pelaksanaan program di desa terus berjalan,” ungkap Andi Susanto, salah satu perwakilan dari Bappeda Ponorogo di depan perwakilan Infest Yogyakarta, AWO Internasional, SKPD Ponorogo dan perwakilan Pemdes serta Ketua KOPI.

Dalam pelaksanaan program, Bappeda memang memiliki peran sebagai leading sector dalam proses mengawal pelaksanaan program. Bappeda Ponorogo juga merangkul SKPD lain yang terkait dengan program pemberdayaan pekerja migran, seperti Disnaker, DDPMD atau Dispmades, dan Dinsos. Model perlindungan buruh migran ini diinisiasi oleh Infest Yogyakarta bekerjasama dengan AWO Internasional. Selain di Ponorogo dan Blitar, Jawa Timur, Indonesia, Infest Yogyakarta juga menginisasi model perlindungan di Johor Bahru, Malaysia.

Semangat dan Antuasiasme Warga

Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Pondok.
Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Pondok.

Selain workshop visioning, Infest Yogyakarta dan AWO Internasional juga berlanjut melakukan kunjungan ke tiga desa dampingan. Pada pertemuan ini, selain menghadirkan sejumlah SKPD seperti Bappeda, Disnaker, Dinsos, dan Dispermades, hadir juga Pemdes dari Bringinan, Pondok dan Nongkodono. Selain itu juga perwakilan dari Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Kabupaten Ponorogo.

Setelah pertemuan di kantor Bappeda, di hari yang sama, Infest juga melakukan kunjungan ke tiga desa dampingan. Meskipun kunjungan kali ini sangat singkat dan berjalan santai, namun semangat dan ansusiasme warga sangat terlihat jelas di masing-masing desa.

Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Nongkodono.
Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Nongkodono.

Desa pertama adalah Desa Pondok. Di desa yang dipimpin oleh Suharto, ini dihadiri oleh Pemdes dan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI). Proses pertemuan di Desa Nongkodono berjalan lancar dan gayeng saat terjadi dialog antara Infest, AWO Internasional, Pemdes dan warga. Kaum perempuan di Nongkodono juga cukup aktif dan kritis. Selain program, pada umumnya mereka bertanya mengenai proses penanganan dan perlindungan pekerja migran di desanya.

Selanjutnya, kunjungan Infest dan AWO diteruskan di desa kedua, yaitu Desa Nongkodono. Saat tiba di desa yang dipimpin oleh Jemadi, tim Infest dan AWO disambut dengan antusiasme warga di depan balai desa. Mereka menyambut kedatangan tim Infest dan AWO dengan menampilkan tarian Reog khas Ponorogo. Tarian bukan hanya ditampilkan saat menyambut kami, namun juga di tengah dialog bersama warga, Pemdes dan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Nongkodono.

Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Bringinan.
Tim Infest dan AWO Internasional berfoto bersama dengan Pemdes dan Perwakilan Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Bringinan.

Di desa kunjungan terahir, yaitu Desa Bringinan. Sama halnya dengan desa lainnya, warga juga sangat antusias. Meskipun pertemuan di desa ini dilakukan menjelang magrib, namun warga setia menunggu kedatangan tim Infest dan AWO ke desanya. Pertemuan di desa yang dipimpin oleh Barno, ini bukan hanya dilakukan di balai desa, namun juga di Rumah Baca Bringinan. Dialog bersama komunitas pun berlanjut hingga malam hari.

Semangat pemerintah dan warga di awal kerjasama dan pembelajaran, ini semoga menjadi motivasi tersendiri untuk terus semangat melindungi warganya. Begitu pun kepada warga yang diwakili oleh Komunitas Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOPI), semoga menjadi agen perubahan dalam melindungi sesama warga pekerja migran.[]

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.