News

Project Dialog Berikan Wadah Pekerja Migran di Malaysia untuk Berkesenian

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Pekerja Migran di Malaysia Berfoto Bersama Usai Acara
Pekerja Migran di Malaysia Berfoto Bersama Usai Acara

Menjadi pekerja migran yang terpaksa meninggalkan tanah air tercinta terkadang membuat sebagian kita mejadi jauh akan tradisi, adat, seni dan budaya. Sementara di negara tujuan, buruh migran kurang atau bahkan tidak memiliki wadah untuk menyampaikan ekspresi seni dan budaya.Menyikapi fenomena tersebut, Projek Dialog bekerjasama dengan North South Initiative dan Ilham Galerry menyelenggarakan acara bertema “Expression Away From Home” untuk pekerja migran di Malaysia.

Bertempat di gedung Ilham Gallery, Kuala Lumpur, Sabtu (15/4/2017) acara ini dihadiri beberapa masyarakat lokal, pekerja migran, mahasiswa, juga staf dari KBRI Kuala Lumpur.

Acara dimulai dengan perkenalan oleh narasumber yaitu Dil Masrangi Magar, pekerja migran dari Nepal. Dil menceritakan bahwa pertama masuk ke Malaysia, ia bekerja di pabrik dan hanya menerima gaji sebesar RM 75.00/bulan. Karena jam kerja yang tidak tentu dan bekerja secara shift, maka meski ada wadah untuk berekspresi sangat sulit baginya karena liburnya tidak tetap.

“Saya dari kecil ingin menjadi penyanyi terkenal namun karena kebutuhan ekonomi terpaksa harus melupakan cita-cita saya dan memilih menjadi buruh migran di Malaysia,” tutur Dil.

Dil menyanyikan lagu tradisional Nepal dengan merdu dan dengan gaya penyanyi proesional berhasil menyemarakkan lagi suasana di gedung Ilham Gallery. Sementara itu Nasrikah, pekerja migran dari Indonesia menceritakan pengalamannya menjadi pekerja Malaysia selama 19 tahun. Menjadi buruh migran bukan cita-citanya karena ia sebenarnya bercita-cita menjadi dosen. Namun karena kondisi ekonomi keluarganya memaksa dia untuk menjadi buruh migran di usia 17 tahun dan bekerja menjadi pekerja rumah tangga di rumah seorang dokter spesialis di Kuala Lumpur.

Nasrikah membacakan puisi yang berjudul Jerit Pekerja Rumah Tangga, isi dari puisi ini menceritakan tentang suka duka menjadi pekerja rumah tangga. Victoria Cheng, moderator dalam acara tersebut mengungkapkan jika acara ini diselenggarakan untuj memberikan wadah para pekerja migran yang ada di Malaysia untuk memperkenalkan budaya mereka kepada masyarakat Malaysia.

Tulisan ini ditandai dengan: Malaysia 

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.