Halal b

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Temu Jaringan Buruh Migran di Kulon Progo
Temu Jaringan Buruh Migran di Kulon Progo

Momentum mudik lebaran 2016 dimanfaatkan oleh beberapa perwakilan komunitas BMI di luar negeri seperti Serantau Malaysia, SBMI dan VoM Hong Kong, serta Garda BMI Brunnei Darussalam untuk terhubung dan bertemu dengan jejaring pegiat Buruh Migran Indonesia (BMI) dari beberapa daerah seperti DPN SBMI, Jaringan Buruh Migran (JBM), Migrant Institute, BUMI Blambangan Banyuwangi, Bumi Gumelar, Pena Desa, Paguyuban Seruni, JBM Jateng, SBMI Wonosobo, Tim PSDBM, perwakilan akademisi, dan beberapa relawan di JBM. Selaku tuan rumah, Infest menggelar kegiatan tersebut di Rimbono Homestay Desa Nglinggo, Samigaluh Kulon Progo (16-17/7/2016).

Selain kegiatan halal bi halal dan temu jejaring, pertemuan juga membahas perkembangan kebijakan buruh migran baik di Indonesia, maupun beberapa negara penempatan BMI. Muhammad Irsyadul Ibad, Direktur Infest Yogyakarta selaku fasilitator memandu peseta untuk merumuskan rencana aksi dan mekanime kerja berjejaring, agar kerja-kerja komunitas BMI di dalam dan di luar negeri saling terhubung dan padu dalam tujuan bersama mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan sejati bagi BMI.

“Forum ini mempertemukan para pegiat BMI di daerah dan negara asal dalam satu frekuensi (visi/tujuan) yang sama baik dalam kerja advokasi kasus, mengawal perubahan kebijakan, hingga kerja-kerja pemberdayaan. Selama ini basis keterhubungan antar pegiat di daerah dan di luar negeri masih sebatas pertemanan di sosial media, maka berkolaborasi dan bersinergi menjadi kebutuhan penting untuk memulai perubahan.” ungkap Muhammad Irsyadul Ibad.

Pemilihan lokasi di Desa Wisata Nglinggo sekaligus menjadi bahan bagi para peserta untuk belajar bahwa basis kerja-kerja pemberdayaan BMI harus dilakukan dengan optimalisasi potensi lokal dan dilakukan dalam kerangka meredam arus migrasi ke luar negeri. Selain menyusun rencana aksi untuk beberapa isu krusial terkait advokasi kasus dan kebijakan, para pegiat BMI juga membentuk kelompok kerja pemberdayaan untuk saling terhubung dan saling berbagi pengetahuan seputar pemberdayaan mantan serta keluarga BMI di desa.

“Saya bangga, kawan-kawan mau membiayai sendiri untuk berkumpul dan berdiskusi di Jogja. Pekerjaan rumah kita sangat banyak, maka saling bagi peran dan berkolaborasi adalah keniscaan, sementara proses saling memahami dan menyamakan visi adalah prasyaratnya. Kami berharap, solidaritas ini tetap terjaga.” pungkas Hariyanto, Ketua DPN SBMI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.