Kuala Lumpur-Tidak sedikit di antara TKI yang datang ke Malaysia untuk bekerja, juga belajar untuk meningkatkan kapasitasnya. Hal ini terungkap dalam acara Pembukaan Gelombang VIII Edukasi untuk Bangsa (EuB) di aula Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur (17/5).
Sekitar 225 orang TKI menghadiri acara pembukaan tersebut. Adapun antusiasme para TKI ini karena ada dua keahlian yang ditawarkan, yaitu Bahasa Inggris dan Komputer. Namun seiring dengan banyaknya permintaan, program yang ditawarkan semakin banyak, seperti: kewirausahaan, keterampilan membuat aksesoris, motivasi dan pengelolaan keuangan. Pusat kegiatan berlokasi di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) pada hari minggu.
“Kami juga mengajak para mahasiswa dan juga profesional untuk berbagi pengetahuan kepada kawan-kawan TKI di sini, dan itu sifatnya mereka tidak dibayar. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para tutor yang telah ikhlas ini,” ungkap Aulia Badar, inisiator program EuB.
Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, yang menyampaikan bahwa program ini merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada TKI yang melibatkan partisipasi publik.
“Bahasa Inggris dan komputer merupakan dua keahlian yang dapat digunakan untuk berkompetisi di era globalisasi,” ujar Hermono.
TKI yang telah pulang ke Indonesia dapat mengembangkan keterampilan yang diperoleh di sini, sehingga tidak menganggur atau bolak-balik lagi ke Malaysia. Hermono berharap jika buruh migran yang telah bekerja di perantauan pada majikan, bisa naik tingkat menjadi pengusaha tau pengelola bisnis ketika balik ke Indonesia.
Selain lewat program EuB, buruh migran di Malaysia juga bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui Universitas Terbuka. Letak Universitas terbuka juga di SIKL. Selain itu Universitas Terbuka juga telah membuka beberapa kelompok belajar di Johor, Penang dan Sabah.
Sebagai wujud perhatian pemerintah, TKI yang telah mengikuti program EuB dan Universitas Terbuka akan mendapatkan prioritas dalam proses perpanjangan paspor. Pernyataan Hermono ini diikuti tepuk tangan meriah dari para peserta yang hadir.
Hermono menyatakan jika pengetahuan mengenai hak-hak buruh migran/TKI di Malaysia dirasa perlu diberikan dan itu tidak menutup kemungkinan juga bisa dilakukan. Menanggapi hal ini, Aulia Badar, inisiator EuB, menyatakan jika hal tersebut tidaklah perlu.
“Seharusnya pengetahuan mengenai hak dilakukan di Indonesia, tidak di sini lagi. Lalu salah siapa ketika banyak TKI tidak memahami tentang hak-haknya di sini? Pemerintah seharusnya lebih selektif (sebelum pemberangkatan),” tutur Aulia yang juga pimpinan redaksi Antara Kuala Lumpur.