Figures

(Bahasa Indonesia) Kisah Purna TKI : Gambaran Usaha Keripik Usus dan Ceker Ayam

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Keripik yang Diproduksi TKI Purna Darwinah
Keripik yang Diproduksi TKI Purna Darwinah

Darwinah, Purna TKI Hong Kong, memproduksi keripik usus dan ceker ayam sejak tahun 2010. Semula ia tak mengerti sama sekali bagaimana cara pembuatan keripik usus dan ceker. Satu tahun pertama usahanya, perempuan yang kerap disapa Winah ini belum sempurna benar membuat keripik. Produk keripik bikinannya masih serupa gorengan biasa, belum seperti keripik kebanyakan. Meskipun begitu Winah tetap memasarkan produk buatannya.

Ia semula menitipkan keripik usus dan ceker ke warung-warung kecil di sekitar tempat tinggalnya. Winah juga membawa produknya ketika ia mengisi training atau membawanya ketika ada pertemuan-pertemuan. Winah baru benar-benar bisa membuat keripik buatanya menjadi krispi satu tahun kemudian. Pencerahan itu didapat ketika Winah membawa produk buatanya dalam sebuah pertemuan.  Di dalam pertemuan tersebut ada yang memberitahu bagaimana cara memasak keripik agar menjadi krispi.

Bagi Winah memproduksi keripik ceker dan usus membutuhkan modal besar karena bahan baku ceker dan usus memang tidak murah. Modal awal untuk memproduksi keripik usus dan ceker didapatkan Winah dari pinjaman. Saat dihubungi Redaksi Buruh Migran, ia bercerita jika pilihannya memproduksi keripik usus dan ceker karena jarangnya produsen yang mengolah keripik ini.

“Kalau keripik singkong memang bahan bakunya murah, tetapi keripik singkong kan sudah banyak di jual di pasaran dan gampang sekali ditemui,” ujar Winah.

Ia pertama kali menjual keripik yang dibungkus kemasan plastik kecil dengan harga 1000. Tak lama kemudian bahan baku utama ternyata mengalami kenaikan harga. Jika tetap dijual dengan harga 1000, usaha Winah akan merugi. Maka ia memutuskan untuk menaikkan harga jual menjadi 5 ribu, dengan diimbangi isi yang makin banyak dan pembungkus yang lebih tebal.

Ketika bahan baku naik lagi, keripiknya dijual dengan harga 10.000, dengan diimbangi isi yang lebih banyak dan kemasan yang menggunakan alumunium foil. Kemasan alumunium foil tersebut juga membuat produk Winah laku di toko-toko sentra oleh-oleh. Strategi mengemas ulang produk,   menambah kuantitas, dan menaikkan harga jual dilakukan agar usahanya tidak merugi dan gulung tikar.

Selain dipasarkan di toko oleh-oleh, Winah juga memasarkan produknya lewat distributor dan media sosial. Sebagai pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) Winah memberikan tips bagi buruh migran yang ingin membuka  usaha. Sobat buruh migran yang ingin menjajal memproduksi keripik ceker sebaiknya memproduksinya saat musim panas, disaat matahari melimpah ruah untuk menjemur ceker ayam. Sedangkan sobat buruh migran yang menjajal untuk memproduksi keripik usus bisa dilakukan di segala musim baik hujan atau panas.

Winah menyampaikan kita jika jangan dulu mengharap usaha akan sukses jika belum pernah mencoba. Jangan juga demi keuntungan berlipat, wirausaha mengurangi bumbu atau kualitas produk. Tetap pertahankan kualitas produk yang sudah susah payah dibangun. Bagi sobat buruh migran yang ingin belajar membuat keripik bisa menghubungi Teh Darwinah/Winah di Indaramayu, Jawa Barat dengan kontak 082321548313.

Satu komentar untuk “(Bahasa Indonesia) Kisah Purna TKI : Gambaran Usaha Keripik Usus dan Ceker Ayam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.