Mas Toyo, demikian sering dipanggil oleh sahabat-sahabatnya adalah mantan buruh migran Korea Selatan. Ia berangkat tahun 2005 dan kembali pulang ke Indonesia tahun 2012. Lelaki bernama lengkap Sutoyo ini seperti pemuda umumnya, berangkat ke Korea dengan sejuta impian. Dengan tekat membangun masa depannya, Toyo giat mengumpulkan uang.
Setiap dua bulan sekali mas Toyo mengirimkan uang kepada orang tuanya, 15– 25 juta rutin ia kirimkan ke Indonesia. Orang tuanya pun seakan memahami impian masa depan anaknya, uang yang dikirimkan oleh anaknya itu tidak pernah di sentuh atau diambil untuk kepentingan pribadi, tetapi dibelikan sebidang tanah. Pada saat itu uang 15 – 25 juta bisa untuk membeli seperempat hektar tanah, tergantung kesuburan tanah tersebut.
Selama tiga tahun Toyo membiasakan diri mengirim uang ke orang tuanya setiap 2 bulan sekali, maka aset tanahnya pun selalu bertambah setiap 2 bulan sekali. Namun hidup tidak semulus omongan Mario Teguh, sebagai anak muda tentu banyak pergaulan yang bersifat negatif dan positif. Toyo mulai mengenal dunia perjudian online dengan taruhan berupa uang. Tertular oleh kebiasaan dan hobi teman-temannya, Toyo terjebak dalam judi online.
Tabungannya mulai terkuras habis, tak tersisa untuk dikirim ke Indonesia. Setiap hari ia mengikuti judi online dengan harapan memenangkan taruhan tersebut lalu berniat untuk insaf. Namun taruhan tidak kunjung menang bahkan berujung kekalahan demi kekalahan.
Suatu ketika Toyo menyadari kesalahannya saat kekalahan demi kekalahan ia alami. Toyo mulai sadar dan bertekat untuk mengakhiri perjudian tersebut. Ia kembali bekerja keras dan secepatnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia agar terputus dengan kebiasaan judi online. Tiba di kampung halaman, uang yang tersisa di tabungannya hanya 180 juta. Dibelikannya uang itu untuk mobil dengan harga 150 juta dan sisanya 30 juta untuk modal usaha.
Semula Toyo membantu orang tuanya bekerja di kebun. Ia kemudian melihat adanya peluang usaha ketika melihat tanah berhektar hektar yang pernah dibelinya belum diolah. Toyo kemudian mengolah tanahnya dan menanaminya dengan tebu, salah satu tanaman komoditas yang banyak dicari.
Saat ini kebun tebu itulah yang menjadi andalan Toyo. Jika musim panen tiba, lima truk per hari bisa dia kirimakan ke pabrik gula. Setiap truk dihargai 5 juta oleh pabrik gula. Bulan juni dan bulan Desember seluruh kebunnya baru selesai di panen. Setiap kali panen ia mampu menghasilakn 600 juta rupiah.
Selain Tebu, Toyo juga membangun usaha dengan temannya di bidang pengecatan kapal laut. Setiap proyek bisa menghasilkan keuntungan kurang lebih 80 juta per bulan. Bermacam macam usaha juga digeluti oleh Toyo, mulai dari distributor beras, gula dan hasil bumi lainnya. Toyo kemudian berusaha membantu purna-purna tki yg sedang belajar usaha bisnis .
Pengalaman Toyo dalam berwirausaha tidak bisa terlepas dari kegagalan-kegagalannya juga. Ia pernah tertipu oleh rekan bisnisnya sendiri. Namun kegagalan-kegagalan itu mempertajam insting bisnisnya dan mulai mampu melihat peluang peluang bisnis dengan cepat serta menganalisanya dengan cermat.
Keberhasilan saya tidak lepas oleh karena doa doa dari kedua orang tuanya. Ia merupakan salah seorang buruh migran yang berhasil mengangkat taraf hidupnya dan menjadi seorang wirausaha.