(Bahasa Indonesia) Berani Melawan, Yati Gagal Diperas Travel TKI

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Mobil Travel TKI yang disupiri Usep. Sudah menjadi rahasia umum, keberadaan travel khusus TKI banyak melahirkan aksi pemerasan yang merugikan TKI
Mobil Travel TKI yang disupiri Usep. Sudah menjadi rahasia umum, keberadaan travel khusus TKI banyak melahirkan aksi pemerasan yang merugikan TKI

Indramayu,- Gembar-gembor pemerintah dalam melindungi kepulangan TKI sejak dari  Bandara Soekarno–Hatta sampai ke rumah TKI dianggap sekadar omong kosong oleh Rohayati (27), TKW asal Desa Jatisawit Lor, Blok Bojong, Kec. Jatibarang, Kab. Indramayu (27/1/2013) masih menjadi korban travel di terminal IV.

Pasalnya saat Rohayati yang baru pulang dari negara Abu Dhabi   setelah dua tahun lebih menjadi TKW  sejak dari terminal 4 sampai ke kampung halamannya terus menerus menyaksikan  penipuan, pemerasan, serta pelecehan terhadap  TKI. Salah satunya upaya pemerasan yang dilakukan oleh petugas travel  angkutan TKI bernama Usep (26/1/2013), oknum supir travel dari PT. YALAKARYA RINTISKRIDA.

Rohayati yang sebelum kepulangannya selalu mendapat pembekalan dari Dasuki (34), suaminya yang juga aktif sebagai anggota SBMI Indramayu. Dasuki berharap bekal informasi bisa mencegah dan mengatasi upaya pemerasan yang dilakukan oleh petugas travel.

Modus pemerasan travel khusus TKI yang disediakan sejadi di terminal IV dilakukan dengan mengatur posisi duduk TKI. Setiap mobil travel akan menuju alamat rumah TKI, maka TKI yang bersangkutan harus duduk di dekat supir. Begitupun saat tiba giliran mobil travel akan menuju alamat rumah Yati, maka Ia disuruh duduk di depan, Pada saat duduk di depan, supir travel membujuk dan merayu Yati agar memberikan uang jasa terima kasih sebesar 400 ribu.

“Nanti saja ya pak ngasihnya di rumah, Saya tidak membawa uang banyak saya hanya membawa uang sedikit cuma pas untuk beli tiket trevel saja. Uangnya sudah saya kirim ke suami saya.” jawab Yati saat didesak dan dirayu Usep.

Setelah sampai di rumah oleh petugas travel Yati diserahkan kepada keluarganya dan diterima langsung oleh suaminya, setelah proses serah terima selesai kemudian Usep meminta uang terima kasih pada Dasuki, kemudian Dasuki mengeluarkan uang pecahan Rp.50.000,- dan menyerahkan pada Usep. Merasa pemberian dari Dasuki sedikit, maka Usep tak melirik dan menyentuh sedikit pun uang pemberian dari Dasuki. Kemudian Dasuki memasukan uangnya kembali ke dalam saku bajunya. Hingga terjadi dialog berikut:

“Katanya se-ikhlasnya ya ikhlas saya Cuma segitu.” ucap Dasuki pada Usep.
“Kalau segitu buat apa?, tidak cukup untuk nambahin beli solar.” jawab Usep.
“Kan waktu di terminal istri saya sudah beli tiket seharga 350 ribu.” balas Dasuki
“Ya itukan untuk orang kantor, sedangkan untuk sayanya mana?,” tanya Usep, sambil terus mendesak dan memaksa Dasuki.

Merasa tindakan Usep semakin mengarah pada upaya pemerasan, maka Dasuki tidak sepeserpun memberikan uang pada Usep. Usep di sebagai supir travel pun sama sekali tidak sedikit pun merasa bersalah atas perbuatannya, kemudian langsung pamit dengan sikap tidak sopan pada Dasuki.

“Inikan bentuk pemerasan atau pungli secara halus pada TKI masa TKI yang sudah membayar tiket sampai di rumah diharuskan membayar lagi?, untung saja ini terjadi pada keluarga, saya bagaimana jika terjadi pada TKI dan keluarga TKI yang tidak berani melawan supir petugas travel?. Contohnya Marsinih TKW asal Arjawinangun-Cirebon TKI yang berada satu mobil bersama Yati yang memberikan uang tanda terima kasih sebesar 400 ribu pada Usep, tinggal dihitung berapa jumlah penumpang lain yang juga membayar pungutan liar ala Usep?.” terang Dasuki sambil nada marah Dasuki saat menyampaikan keluhannya pada pra pegiat SBMI Indramayu.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.