Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Calon TKI tentu tidak asing lagi dengan berbagai risiko yang sering terjadi pada TKI. Tahun lalu, kasus vonis mati atas TKI di Arab Saudi bernama Ruyati jadi berita besar di media massa. Bertahun-tahun sebelumnya, Nirmala Bonat yang disiksa habis-habisan oleh majikannya di Malaysia juga membuat geger negeri.

Meski melindungi TKI dari perilaku semena-mena adalah tugas negara, calon TKI juga perlu berjaga-jaga untuk kemungkinan terburuk. Untuk itu, sebelum berangkat, calon TKI hendaknya sudah tahu risiko apa saja yang mesti diantisipasi.

Risiko TKI

Pertama, terjebak dalam perdagangan manusia. Ini bisa terjadi jika TKI berangkat lewat cara ilegal. Bisa pula karena ditipu oleh calo TKI/oleh orang tak dikenal, ditambah lagi calon TKI cuma tahu sedikit informasi tentang cara penempatan kerja dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Kedua, tidak bisa menghubungi/dihubungi keluarga. Hal yang mungkin jadi penyebabnya yaitu, (1) dokumen yang dimiliki palsu sehingga terpaksa hidup ilegal dan terlunta-lunta, (2) dipindahkerjakan oleh majikan/agen tanpa memberitahukan alamat baru pada  keluarga atau dinas imigrasi, atau (3) dilarang majikan berkomunikasi.

Ketiga, mengalami kecelakaan kerja. Di Singapura, karena kebanyakan rumah tinggal berada di apartemen/gedung bertingkat, banyak terjadi kasus jatuhnya TKI dari ketinggian.

Keempat, mengalami kekerasan atau pelecehan seksual paksa dari majikan. Hal ini sering terjadi di negara Timur Tengah.

Risiko lainnya adalah diperas, mengalami depresi. gaji tak dibayar, dan tidak diperbolehkan beribadah.Tentu saja mengetahui risiko-risiko ini bukan untuk membuat calon TKI mengurungkan niat bekerja di luar negeri. Tak sedikit kisah sukses yang dibawa oleh TKI dari rantau. Informasi ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mengajak TKI untuk selalu berhati-hati.