Banyak Buruh Migran Indonesia (BMI) kita yang tidak merencanakan masa depan keuangan mereka dengan baik. Akibatnya mereka harus kembali lagi bekerja di luar negeri yang penuh resiko. Salah satu bentuk tidak adanya perencanaan yang baik tersebut adalah menghabiskan uang hasil kerja dengan kegiatan konsumtif seperti membangun rumah dan membeli perabot elektronik. Akhirnya uang yang didapat selama menjadi BMI tak tersisa sama sekali, inikah yang kita inginkan? tentu tidak jawabannya. Karena itu, BMI harus sadar lalu merencanakan masa depan keuangannya.
Ada beberapa alasan mengapa perencanaan keuangan BMI harus direncanakan sedini mungkin. Berikut alasannya;
Pertama, BMI harus menyadari bahwa masa kerja itu terbatas. BMI tidak bisa selamanya bekerja di luar negeri lalu mengandalkan gaji yang diperolehnya. Rata-rata masa kontrak kerja hanya dua tahun, sedangkan batas usia maksimal yang diperbolehkan negara untuk menjadi BMI adalah 39 tahun. Belum lagi ketika menghadapi putus hubungan kerja (PHK), secara otomatis membuat masa kerja terhenti.
Masa setelah gaji terhenti inilah yang harus dipikirkan kelanjutannya. Kebutuhan hidup terus berjalan setelah kontrak kerja selesai. Memutuskan untuk kembali bekerja ke luar negeri dan memperpanjang kontrak kerja, bukanlah perkara mudah. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untung ruginya.
Kedua, Perencanaan keuangan penting mengingat beban biaya penempatan (cost structure) cukup tinggi yang harus ditanggung BMI. Seperti yang kita tahu, proses penempatan BMI meliputi beberapa tahapan, mulai dari rekrutmen, pra pemberangkatan, penempatan, kedatangan, masa bekerja sampai kepulangan kembali. Panjangnya tahapan migrasi ini juga berdampak finansial yang cukup besar. Sebab hampir selalu di tiap tahapan migrasi timbul biaya-biaya yang mesti ditanggung oleh BMI. Tanpa perhitungan yang cermat terhadap biaya-biaya selama proses migrasi, penghasilan BMI bisa terkuras. Akibatnya BMI tidak memiliki kesempatan untuk memiliki simpanan uang yang cukup untuk bekal hidupnya kelak.
Perencanaan keuangan dibutuhkan untuk mempekirakan besarnya biaya-biaya proses migrasi yang harus diantisipasi oleh TKI dan membandingkannya dengan gaji yang diterima. Jangan sampai jumlah biaya menjadi jauh lebih besar dari total gaji selama masa kerja. Jika hal itu terjadi, BMI bisa pulang dengan tangan hampa bahkan terlilit hutang.
Ketiga, pertimbangkan bahwa ada kemungknan resiko-resiko buruk terjadi selama proses migrasi. Mungkin terjadi kecelakaan kerja atau menjadi korban penipuan sehingga BMI kehilangan modal (uang). Risiko bisa datang tidak peduli bagaimanapun kondisi seseorang. Namun dengan perencanaan keuangan, kita bisa melakukan usaha-usaha untuk menghindari risiko, bahkan kita bisa merencanakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari resiko.
Alasan keempat adalah karena setiap individu memiliki keinginan yang ingin diwujudkan ketika sudah memiliki uang. Oleh sebab itu perencanaan keuangan sangat penting. Tanpa perencanaan bagaimana akan menggunakan uang hasil kerja nanti, penggunaan uang cenderung ceroboh. Segala sesuatu ingin dibeli, segala kebutuhan dianggap penting, padahal gaji yang didapat terbatas. Jika tidak hati-hati buruh migran bisa berakhir dengan tidak punya apa-apa, kembali hidup serba kekurangan. Dengan perencanaan keuangan, BMI akan bisa menetapkan prioritas dalam menggunakan uang. Prioritas berarti mengutamakan sesuatu hal dibandingkan hal-hal lainnya.
Membuat prioritas penggunaan uang berarti mengutamakan alokasi dana pada sesuatu hal dibandingkan pada hal-hal lainnya. Artinya alokasi dana yang diprioritaskan harus dilakukan terlebih dulu, barulah kemudian mengalokasikan untuk kebutuhan lainnya.
(dikembangkan dari sumber: keuangantki.blogspot.com)
3 komentar untuk “(Bahasa Indonesia) Mengapa Perencanaan Keuangan BMI Penting?”