Bandara Internasional Soekarno-Hatta sampai sekarang tetap menjadi momok bagi Buruh Migran Indonesia (BMI) yang pulang ke negeri sendiri. Petugas-petugas bandara memperlakukan BMI secara tidak manusiawi, memaksa dengan kasar, memeras, dan melakukan pelbagai tindakan tidak menyenangkan.
Terkait pelbagai masalah yang dihadapi BMI saat di Bandara, pemerintah kini menggembor-gemborkan keberadaan terminal khusus yang lebih tertata. Terminal yang dulu bernama terminal 4 kini diubah nama menjadi Gedung Pendataan Kepulangan TKI (GPKTKI). Alih-alih berupaya memperbaiki pelayanan publik, pemerintah tetap gagal menghapus aksi-aksi pemerasan dan penindasan yang dilakukan oknum petugas GPKTKI.
Tulisan bersambung ini akan menceritakan pengalaman buruk beberapa kawan BMI Taiwan saat pulang melalui Bandara Soekarno-Hatta. Pengalaman buruk di Bandara pernah dialami Cartina (25), BMI yang pulang ke Indonesia setelah selesai kontrak selama tiga tahun di Taiwan. Cartina yang berasal dari Subang menggunakan pesawat komersil dari Taiwan turun di Bandara Soekarno-Hatta (12/10/2010).
Saat keluar dari bandara, seorang petugas bandara menyeret Cartina. Ia tidak diperbolehkan melewati terminal dua, ia diarahkan ke terminal empat (jalur khusus untuk TKI). Petugas, secara tidak sopan membentak-bentak dan tangan Cartina diseret-seret, padahal saat itu keluarga sudah menunggu di luar.
“Saat itu keluarga saya sempat mencari informasi, ternyata, Saya sebenarnya bisa lewat terminal dua asal membayar petugas bandara sebesar satu juta rupiah, keluarga saya pun menawar. Setelah mereka tawar-menawar, saya baru diperkenankan lewat terminal 2 setelah membayar delapan ratus ribu rupiah.” kenang Cartina. (Bersambung)
Terima kasih mba Atin atas informasi ini. .sangat berguna bagi kami mengetahuio persoalan TKI di bandara. memang sangat sukar dibenahi selama rezimnya kayak gini..
Mungkin harus dengan cara kekerasan saja biar oknum2 biadab itu mendapat pelajaran. Galang persatuan kaum migran!
wah.. jangan gunakan kekerasan dong mas Toni, toh masih ada banyak cara lain yang tidak menggunakan kekerasan. Kaalo kita menggunaakan kekerasan, trus apa bedanya kita sama mereka?
setuju dengan Toni, Kekerasan sekali sekali perlu dilakukan, kl perlu anak istri mereka perlu diseret dibanting di jalan. agar mereka tau betapa sakitnya hati para TKI Indonesia sbg korban penipuan, pemerasan, pelecehan. Pemerintah sndiri juga mirip anjing bego, ada masalah sering kayak gini diem aja, makan duit rakyat cepet, haram lagi yg dimakan, alias korupsi, gimana di bandara gak ada kasus kayak gini juga, lah wong atasan nya juga maling.
sudahlah….percuma komplain juga ,para oknum itu dilindungi undang2 ,jd tidak akan ada yang mampu melawan mereka….pasrah aja laaah….biarkan saja …mau apa lagi?tidak guna juga melapor kesana kemari….malah bertambah repot….mereka punya kuasa…..kita gak bisa apa2….dulu juga kita di gituin belanda 350 tahun gak apa2 kok
situs ini juga saya jamin tidak akan bisa melindungi dan menghilangkan praktek2 tsbut