BANYUMAS. Selama ini, para mantan BMI yang sudah ada di kampung halamannya, kelihatan oleh mata umum tak pernah mempunyai masalah. Semua tertutup oleh keberhasilan yang nampak, seperti rumah bagus, bisa menyekolakan anak , membeli sawah dan lainnya.
Namun ketika Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan SERUNI Banyumas, mencoba menggali permasalahana pribadi mereka saat mereka menjadi BMI, ternyata banyak permasalahan menggununung yang muncul di permukaan. SERUNI menemukan hal itu dalam diskusi kampung di desa-desa kantong migran di Banyumas.
“Kami bingung harus mengadu kepada siapa Mba, karena PT yang memberangkatkan kami jika kami mengeluhkan permasalahan-permasalahan lebih banyak membentak, dari pada memberi jalan keluar..” kata Sarinah, mantan BMI Taiwan asal Karang Kemojing, Gumelar pada para pegiat SERUNI di Balai Desa Karang Kemojing, Sabtu (3/3/ 2012).
Diskusi Kampung yang dikemas dalam suasana santai, berhasil menggali permasalahan-permasalahan yang cukup penting seperti ijazah yang masih tertahan di PT, tabungan jutaan yang susah untuk diambil, hilang kontak dan persoalan ekonomi.
Dalam diskusi yang dipandu Lili Purwani, para mantan BMI yang selama ini jarang menemukan forum seperti ini, seolah menumpahkan segala permasalahannya di hadapan pegiat SERUNI.
Secarik kertas yang dibagikan kepada peserta diskusi, untuk menuliskan pengalaman duka cita selama menjadi BMI, menjadi masukan berharga bagi SERUNI dan juga pemerintah desa setempat.