Perempuan menjadi aktor penggerak perubahan di Kabupaten Sukabumi. Di daerah ini ada belasan kelompok perempuan yang giat memperkuat diri dengan cara menggagas kekuatan ekonomi alternatif, seperti koperasi simpan pinjam serta pemasaran kerajinan tangan dan makanan ringan.
Menjamurnya kelompok perempuan di Sukabumi tak bisa dilepaskan dari kerja keras PPSW Pasoendan. Bertahun-tahun lembaga ini melakukan kerja pengorganisasian. Menurut Sri Rahayu, Pegiat PPSW Pasoendan, pengorganisasian dilakukan melalui pertemuan secara rutin, baik di kelompok atau forum.
“Kelompok adalah sebutan simpul perempuan setingkat dusun atau desa, sementara forum merupakan sekumpulan kelompok yang menjadi satu,” jelasnya.
Salah satu kelompok yang menonjol adalah Kelompok Mawar di daerah Gunung Guruh. Sebagian besar anggota Kelompok Mawar adalah mantan buruh migran. Kelompok ini mengembangkan produk-produk kerajinan tangan berbahan baku bambu dan tanah liat. Iroh Rohaeti, pegiat Kelompok Mawar, menceritakan kelompoknya mencoba mengembangkan cara pemasaran baru untuk produk-produknya.
“Para anggota belajar komputer di PTK Mahnettik Sukabumi. Seluruh anggota belum ada yang bisa komputer. Kami belajar mencari desain-desain produk baru melalui internet. Hasilnya, desain produk mulai variatif,” jelasnya.
Dedah adalah pegiat Kelompok Mawar lainnya. Dia pernah dua kali bekerja di Saudi Arabia atau sekitar 4 tahun. Selama di Arab, Dedah menyaksikan ketimpangan perlakukan antara tenaga kerja Indonesia dengan negara lainnya, misalnya Philipina. Para pekerja dari Philipina mendapat penghargaan dari majikan, setiap peraturan yang ada diselalu dipatuhi.
“Aku merasa kondisi ini terkait dengan kinerja pemerintahan Indonesia yang kurang tegas dalam untuk menegaskan peraturan atau memberlakukan peraturan tentang ketenagakerjaan,” tegasnya.
Pada tingkat forum, ada Forum Baitunnisa. Forum Baitunnisa adalah suatu wadah yang dibentuk untuk mempermudah komunikasi antara perempuan yang satu dengan yang lainnya. Pegiatnya adalah para pengurus kelompok dampingan yang berada di Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Forum ini berhasil mendorong keterlibatan kaum perempuan dalam perumusan program pembangunan di desanya. Awalnya, mereka mengeluh terhadap program pembangunan desa. Kritik meraka sampai ke telingga perengkat desa, lalu kelompoknya diundang untuk berdiskusi dengan pemerintah desa. Mereka berkesimpulan suara perempuan lebih didengar dan diutamakan oleh pemerintah bila disampaikan lewat organisasi.
Selain Baitunnisa, di Cirangkong, Desa Cikaret, Kecamatan Kebon Pedes, para perempuan mengembangkan produksi jasa boga. Kelompok ini dipimpin oleh Mimin Mintarsih, mantan buruh migran di Arab Saudi. Dia pernah merasakan dinginnya penjara di Arab karena menolak tunduk pada majikan.
Selain mengembangkan usaha jasa boga, Mimin aktif melakukan advokasi kasus TKI. Kegiatan itu dia lakukan sebagai bentuk solidaritas. Mimin merasakan pahitnya menjadi korban tanpa perlindungan dari negara yang dia cintai. Berkat ketekunan Mimin, omset penjualan produk makanannya terus meningkat. Kini, Mimin telah mempekerjakan 4 pekerja untuk menggerakan roda usaha.