BANYUMAS. Permasalahan pemalsuan identitas, termasuk di dalamnya adalah alamat palsu, bukanlah hal baru dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia. Apalagi bagi calon Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ingin bekerja di luar negeri.
Tema ini menjadi sangat menarik ketika menjadi bahan dalam diskusi kampung di desa Karang Kemojing dan desa Paningkaban kecamatan Gumelar, Sabtu (12/2/2012). Diskusi kampung yang merupakan bagian dari program ‘Pemberdayaan Mantan BMI di Daerah Asal’ ini dipandu langsung oleh para pegiat SERUNI.
“Beruntung saya selamat sampai habis masa kontrak di Taiwan. Seandainya meninggal, mungkin mayat saya tidak sampai ke tempat kelahiran saya. Karena KTP saya palsu,” ungkap Sri Setyowati, mantan BMI Taiwan asal Paningkaban
.
Menurut Sri, pihak PT memalsukan identitasnya sebagai persyaratan keberangkatan ke Taiwan. Karena dalam ketentuan, BMI tidak boleh kembali bekerja dua kali di Taiwan. Sehingga satu-satunya jalan adalah memalsukan dokumen, terutama identitas pribadi. Bagi Sri, sebenarnya ia merasa keberatan, tapi mau bagaimana lagi, yang penting baginya adalah cepat diberangkatkan ke Taiwan dan kembali bekerja.
Disamping itu, suasana di tempat penampungan yang kurang nyaman, waktu tunggu yang panjang, dan tidak adanya kejelasan keberangkatan, menjadikan para calon BMI atau mantan BMI yang akan berangkat untuk keduakalinya merasa bosan. Ahirnya apapun yang dilakukan pihak PT, selama tujuannya untuk mempercepat keberangkatan, akan dilakukan oleh calon BMI, termasuk pemalsuan identitas.
Tak hanya Sri, ternyata ada beberapa lagi peserta diskusi kampung yang mempunyai nasib serupa dengan Sri. Bahkan tak jarang pemalsuan alamat itu bisa lintas kabupaten, bahkan lain provinsi.
“Saya yang asli Banyumas, bisa dipalsu menjadi warga Tulungagung, Jawa Timur,” tutur Wasmiyati yang pernah bekerja di Brunei Darussalam.
Menurut Agus Widodo, kepala seksi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negri (PTKILN) Dinsosnakertrans Banyumas, bahwa permasalahan ini memang sudah berlangsung lama bahkan semenjak maraknya orang bekerja di luar negeri. Dan menurutnya, kelihatannya memang antara PPTKIS dan para BMI saling membutuhkan.
SERUNI juga sering menemukan permasalahan ini. Dan pemalsuan identitas akan jelas kelihatan manakala orangnya terkena kasus tertentu. Contohnya Dawini dari Kalibagor yang meninggal di Arab Saudi dan Sowiyah yang tak dibayar majikan di Jeddah, juga karena umurnya di palsu.
Dalam diskusi kampung itu, Narsidah dari SERUNI mengingatkan bahwa berniatlah bekerja di luar negeri dengan baik dan benar. Dan awalilah dengan urusan identitas serta dokumen yang sebenarnya. Ini semua untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.