Paparan Hasil Riset Tentang Keluarga TKI di Banyumas

Author

Hendri Restuadhi, peneliti PPGAPM LPPM UNSOED, saat memaparkan hasil penelitian hubungan suami istri pada keluarga Buruh Migran Perempuan di Kabupaten Banyumas
Hendri Restuadhi, peneliti PPGAPM LPPM UNSOED, saat memaparkan hasil penelitian hubungan suami istri pada keluarga Buruh Migran Perempuan di Kabupaten Banyumas

PURWOKERTO. Banyak cara dilakukan suami TKW saat hasrat seksual muncul dan bagaimana cara pemenuhannya. Ada yang telepon istri, ada yang menyibukkan diri dengan pekerjaan, ada yang mengandalkan mimpi ‘basah’, ada yang pergi ke tempat prostitusi, ada yang onani, ada juga yang menonton film atau gambar porno.

Soal kesetiaan dan kasih sayang terhadap istri, para suami TKW juga beragam dalam mendefinisikannya. Menengok istri saat masih di penampungan (sebelum berangkat ke luar negeri), berkomitmen untuk tidak berselingkuh, komunikasi sesering mungkin dengan istri di luar negeri, berempati kepada istri yang banting tulang di negeri orang, membelanjakan hasil kerja istri dengan baik dan tepat, adalah bagian dari ungkapan kasih sayang Suami TKI kepada istrinya.

Beberapa hal di atas dipaparkan Hendri Restuadhi,  pembicara dalam acara “Desiminasi Hasil Penelitian Hubungan Suami Istri Pada Keluarga Buruh Migran Perempuan di Kabupaten Banyumas”, Selasa (22/1/13), di Aula LPPM Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Penelitian yang dilakukan di tiga kecamatan kantong TKI di Banyumas tersebut juga menemukan fonomena tentang sexual partner. Para suami TKW ada yang menganggap mencari pasangan seksual dipandang sebagai naluri dan sebuah kebutuhan. Sehingga ditemukan banyak diantara mereka yang pergi ke tempat prostitusi, atau mencari perempuan lain yang memang mau untuk diajak berhubungan seks.

Selain itu, dari hasil penelitian juga diperoleh informasi bahwa, pengetahuan responden tentang penyakit HIV/AIDS dan pencegahannya juga cukup lumayan. Artinya mereka menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat membahayakan dan belum ada obatnya. Hampir semua responden berpendapat bahwa untuk mencegah penyakit ini satu-satunya jalan adalah tidak melakukan hubungan seks sembarangan, kecuali dengan pasangan yang sah.

Sasaran penelitian adalah 32 suami-suami TKI yang sedang ditinggal pergi istrinya bekerja di luar negeri di 3 kecamatan, yaitu Gumelar, Kalibagor dan Sumbang. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan 3 kali diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD).

Menurut Hendri Restuadhi, peneliti PPGAPM LPPM UNSOED, HIV/AIDS memang rentan terjadi pada keluarga TKI. Maka perlu adanya sosialisasi tentang penyakit ini kepada mereka. (sus)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.