Susilawati (32) warga Lamongan Jawa Timur mengaku memiliki banyak suka dan duka selama bekerja di Malaysia. Susilawati berangkat mengadu nasib ke Malasysia pada tahun 2003. Di sana ia bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) dengan besar gaji 3000 RM atau sekitar Rp. 700.000 perbulan.
Selama empat bulan awal bekerja, gaji Susilawati dipotong oleh tekongnya. Kebijakan pemotongan ini dikarenakan waktu berangkat ke Malaysia Susilawati tidak membayar uang sepeser pun. Total besaran dana yang dipotong selama empat bulan sebesar Rp. 2.4000.000. Hanya sepuluh bulan bekerja, Susilawati memutuskan untuk pindah majikan. Akhirnya, pada tahun 2004 ia bekerja di Restoran di Daerah Negeri Sembilan Malaysia. Sebuah restoran besar milik majikannya, Siti Jamilah.
Selama bekerja di restoran tersebut ia mendapatkan gaji 400 RM atau sekitar Rp. 900.000. Susilawati merasa betah dan dapat menikmati semua pekerjaannya sehingga ia dapat bekerja dengan maksimal dan tanpa rasa khawatir. Meskipun jam kerjanya terbilang di luar kebiasaan, yaitu mulai pukul 6.00-24.00. Siti Jamilah sangat menyukai cara kerja Susilawati. Bahkan ia sudah menganggap Susilawati sebagai anggota keluarganya sendiri.
Menurut Susilawati, di tempat kerja ini pula kisah cintanya berawal, di mana ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Lalu Syarifuddin yang kemudian mengajaknya menikah. Saat ini, Susilawati sudah dikaruniai tiga orang anak.
Setelah menikah, Susilawati diboyong oleh suaminya ke tempat kerjanya di perkebunan kepala sawit. Meskipun pindah ke daerah perkebunan kelapa sawit bukan berarti Susilawati diam tanpa kerja, namun ia menyibukkan diri dengan bekerja sebagai pengasuh anak, baik anak orang Indonesia, China, maupun India.
Pada tahun 2000 Susilawati bersama keluarga kembali ke Lombok, dan menetap hingga saat ini. Cita-cita yang terus ia jaga hingga kini adalah ia ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi daripada dirinya dan suaminya supaya tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai buruh migran.