Minggu, (25/09/2016) di depan gedung KJRI Hong Kong, Aliansi Migrant Progressive (AMP) menggelar aksi damai dalam rangka memperingati hari Tani ke-59 yang jatuh setiap tanggal 24 September. Aksi yang di ikuti sekitar 100 Buruh Migran Indonesia (BMI) itu menuntut pemerintah lebih melindungi petani Indonesia dengan mengontrol harga pupuk dan bibit yang memakan biaya produksi tinggi.
Dalam momentum peringatan Hari Tani mereka berharap pemerintah berpihak pada petani, melindungi tanah petani dari kepentingan para pemodal dan jangan menjadikan petani sebagai buruh di tanah sendiri. AMP juga menuntut agar KJRI sebagai pelindung dan perpanjangan tangan pemerintah pusat memperhatikan hal-hal terkait BMI seperti perbaikan pelayanan dari KJRI agar menambah jumlah loket dan pegawai, Hapus KTKLN, Cabut UU 39/2004, usut tuntas kasus Mezzo, laksanakan konvensi ILO 186, dan perlindungan sejati kepada buruh migrant dan keluarganya.
Dengan penggantian konjen dari Chalief Akbar kepada Tri Tharyat, mereka berharap ada perbaikan dan perubahan yang significan.
“Tidak cuma konjen nya yang baru, akan tetapi harus ada perbaikan yang berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan nasib BMI pada umumnya,” kata salah satu orator, Sherly dari Wanodya Indonesia Club (WIC).