Ponorogo | Bulan Ramadan tidak menyurutkan semangat warga Desa Nongkodono untuk mengikuti pelatihan Perencanaan Apresiatif Desa (PAD), Sabtu dan Minggu (11-12/5/2019). Kegiatan yang diadakan di balai Desa Nongkodono diikuti oleh beragam unsur warga masyarakat desa. Hadir dalam pembukaan pelatihan PAD adalah Jemadi, Kepala Desa Nongkodono, Paroso dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo, Sri Rohani dari Bappeda Litbang dan tim Infest Yogyakarta.
Pembukaan pelatihan PAD diawali dengan sambutan dari Ridwan Wahyudi, Program Manager Infest. Dalam sambutannya Ridwan mengatakan bahwa di tahun kedua pendampingan Infest, peran komunitas pekerja migran Indonesia (KOPI) tidak hanya pada isu pekerja migran. KOPI diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan di desa dengan merangkul semua elemen masyarakat.
“Di tahun pertama, KOPI telah mengikuti pelatihan tentang pekerja migran untuk meningkatkan kapasitasnya. Di tahun kedua ini KOPI diharapkan dapat berkontribusi terhadap pembangunan di desa dengan merangkul semua unsur yang ada di masyarakat,” papar Ridwan Wahyudi.
Sri Rohani dari Bappeda memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan pelatihan PAD dan berharap agar peserta mengikuti pelatihan dengan sungguh-sungguh. Menurut Sri Rohani, tindak lanjut pelatihan dengan survei ke masyarakat sangat penting untuk menghasilkan data valid tentang desa. Salah satu yang disoroti Sri Rohani adalah data kesejahteraan lokal desa, yang mana data kesejahteraan lokal desa nantinya akan disinkronkan dengan data di kabupaten.
Paroso dari Dinas Tenaga Kerja berharap agar pendampingan Infest pada KOPI di Ponorogo dapat diperpanjang hingga komunitas benar-benar mandiri. Paroso mengulas sedikit mengenai jerih payah pekerja migran yang semestinya dihargai karena telah bekerja keras demi keluarga. Jemadi, Kepala Desa Nongkodono berharap agar pendampingan pada KOPI tetap berjalan sehingga KOPI benar-benar mandiri. Pemerintah desa bersedia untuk mengalokasikan anggaran untuk kegiatan KOPI namun harus jelas outputnya. Jemadi juga berharap agar KOPI dan pemerintah desa dapat bersinergi dalam melaksanakan program.
“Kami berharap agar pendampingan kepada KOPI terus berjalan sehingga KOPI benar-benar dapat mandiri. KOPI dan pemerintah desa harus bersinergi dalam melaksanakan program kegiatan,”tutur Jemadi dalam sesi sambutan dan pembukaan.
Setelah sesi pembukaan, peserta dibagi menjadi lima kelas yang dipandu oleh seorang fasilitator di masing-masing kelas. Kelas Pemetaan Kewenangan Desa dipandu oleh Muhammad Khayat, kelas Pemetaan Aset dan Potensi oleh Alimah, kelas Kesejahteraan Lokal Desa oleh Nasrun Annahar, kelas Penggalian Gagasan Kelompok Marginal oleh Gama Triono dan kelas Perbaikan Layanan Publik oleh Anny Hidayati. Selama dua hari para peserta belajar bersama fasilitator sesuai tema masing-masing. Banyak ilmu dan pengetahuan baru yang didapat selama mengikuti pelatihan, hal ini sebagaimana diungkapkan Agus Susanto yang tergabung dalam kelas Pemetaan Kesejahteraan.
“Ilmu ini akan kami gunakan saat terjun ke masyarakat melakukan survei. Hasil survei nanti akan menjadi data yang dijadikan dasar untuk merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),” kata Agus.
Setelah selesai pelatihan, diadakan rapat pleno yang mengumpulkan semua peserta dari masing-masing kelas di pendopo. Dalam rapat pleno, masing-masing perwakilan kelas menyampaikan presentasi hasil diskusi dan belajar di kelas masing-masing selama dua hari. Setiap kelas mempunyai rencana tidak lanjut masing-masing, namun sesuai kesepakatan bersama hasil masing-masing tim akan dimusyawarahkan di forum Musyawarah Desa (Musdes) tanggal 20 Juni 2019. Di akhir acara, Jemadi selaku kepala desa meyampaikan terimakasih kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan selama dua hari. Pelatihan PAD akan ditindaklanjuti dengan survei ke masyarakat untuk mendapatkan data valid tentang Desa Nongkodono.