Mulai dari tanggal 6 hingga 12 Juni 2013 Serikat Petani Indonesia (SPI) dan La Via Campesina menggelar pertemuan internasional di Hotel Padepokan Pencak Silat Indonesia Jalan Taman Mini Jakarta Timur. Pertemuan internasional ini dihadiri oleh perwakilan organisasi masyarakat sipil dari 20 negara.
Salah satu kegiatan dalam pertemuan internasional ini adalah membahas tentang dampak kapitalism terhadap perempuan dari berbagai sektor seperti sektor pertanian dan buruh.
Menurut Erna Murniaty Ketua Umum SBMI yang diberi kehormatan sebagai observer dalam acara tersebut mengatakan perempuan menjadi kelompok yang terdampak , perempuan menjadi objek komoditas dan mesin pencetak uang, maka tak heran kasus trafficking serta pelecehan perempuan makin marak. “Saya setuju dengan analisa kawan-kawan yang berkembang di forum ini, bahwa kapitalisme dapat bertahan pada kondisi masyarakat yang materialistik dan konsumtif, dari rambut hingga ujung kuku menjadi objek eksploitasi dan komoditi dari produk-produk yang didagangkan, dikampanyekan, menjadi trending dan menjadi gaya hidup dan kemudian mau tidak mau harus membeli” Katanya
Terkait dengan sektor buruh, Ia menambahkan bahwa 90% buruh migran yang keluar negeri adalah perempuan, baik karena keterpaksaan atau memang karena kemampuannya, mereka oleh negara disebut sebagai pahlawan devisa, kontribusi yang besar ini sebagai pendulang devisa tidak sebanding lurus dengan perlindungan yang diterimanya. “salah satu contoh yang aktual terjadi saat ini misalnya, betapa pemerintah tidak bisa mempersiapkan pelayanan amnesty arab saudi dengan baik, sehingga banyak buruh migran yang berjubel ngantri diluar sekitar kantor perwakilan tanpa properti yang memadahi dengan suhu 53 derajat, sangat memprihatinkan lebih parah dari antrian pembagian BLT disini” Tuturnya