News

(Bahasa Indonesia) Nurmiati, PMI Asal Pandanarum Buka Kedai Kopi di Kanigoro Blitar

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Nurmiati (39) adalah perempuan kelahiran Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Nurmiati adalah sosok pekerja keras, energik dan suka terhadap tantangan baru. Setelah berpetualang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI), kini ia sedang merintis usaha kedai kopi di Blitar. Sebenarnya apa alasan Nurmiati membuka kedai kopi sebagai usaha rintisan ini? Wanti dari KOPI Pandanarum berhasil mewawancarai Nurmiati di sela-sela kesibukannya melayani pengunjung Daff Kopi.

Sejak tahun 2000, Nurmiati bekerja sebagai pekerja migran di sebuah klinik kecantikan di Taiwan. Pekerjaan yang ditawarkan sejak di Indonesia sebenarnya adalah perawat, tetapi sampai di Taiwan ia malah dipekerjakan di sektor yang berbeda. Setelah kontrak selesai dan kembali ke Indonesia, Mia (panggilan akrab Nurmiati) sebenarnya ingin kembali ke Taiwan. Namun pada 2004 ia mendengar kabar bahwa penempatan pekerja migran dari Indonesia ke Taiwan ditutup. Mengingat keinginan yang cukup besar untuk kembali menjadi pekerja migran, ia berusaha dengan berbagai cara. Kebetulan salah seorang saudara majikan lamanya mempunyai perusahaan elektronik “Ta Chou co.ltd” yang bersedia menerimanya sebagai pekerja.

Seperti PMI pada umumnya, Mia bekerja sebagai operator di bagian checking jarum elektronik. Setelah dua tahun bekerja di perusahaan yakni sejak 2006, Mia mendapatkan tawaran dari bosnya. Bos melihat kegigihan Mia dalam bekerja dan mengajak Mia untuk mulai membuka cabang pemasaran di Shanghai, Tiongkok.

Selama dua tahun, Mia bolak balik dari Tiongkok ke Taiwan hanya menggunakan visa turis. Pada 2008, Mia dipindah tugaskan ke Tiongkok dengan posisi sebagai manajer pemasaran. Mia memasarkan produk perusahaan mengikuti ekspo yang diadakan oleh berbagai negara. Alumni SMA Sutojayan angkatan 1998 itu pernah melalang buana dari kota-kota besar di Tiongkok, Hongkong, hingga perbatasan Korea Jepang. Posisinya sebagai manajer mendapat berbagai kemudahan fasilitas, salah satunya cuti ke Indonesia setiap tahun. Saat cuti tiba, majikan kerap ikut serta ke Indonesia.

“Bos selalu duluan beli tiket pesawat, malah kadang saya larang bos untuk ikut agar tidak terlalu ribet,” kelakar Mia.

Seringnya majikan ke Indonesia dan melihat peluang bisnis kopi, Mia pun menawarkan pada bos untuk investasi di kebun kopi di daerah Bogor. Lagi-lagi Mia pun ditugaskan sebagai marketing kopi impor di Tiongkok. Mia sebenarnya bukan peminum kopi, namun karena tuntutan pekerjaan dan niat mempromosikan produk kopi membuat Mia harus belajar.

“Saya mempromosikan hasil bumi indonesia, jadi belajar mengolah kopi dan cara penyajian kopi yang spesial setara kelas internasional,” ujar Mia.

Setelah 18 tahun bekerja di perusahaan tersebut, Mia pun berniat mengundurkan diri. Bos pun keberatan Mia pengunduran dirinya. Mia tetap mengundurkan diri karena dia telah mengajari anak sulung bos nya yang baru lulus dari pendidikan di Amerika. Bos Mia lupa bahwa Mia merupakan orang asing sehingga berharap agar Mia berpindah ke Tiongkok bersama dengan keluarga. Sementara itu, mukhlis (50) suami Mia, yang juga bekerja di perusahaan yang sama di Taiwan bersama beberapa sanak saudara sangat berharap istrinya segera pulang. Mukhlis berharap agar Mia mendampingi anak mereka Daffa (9) yang saat itu di asuh neneknya.

“Harusnya kalau menanam bunga yang punya rumah juga di rumah, kalau di tinggal lagi siapa yang menyirami,” terang Muhlis.

November 2018 kemarin, Mia akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaannya dan pulang ke Indonesia. Sekarang Mia tengah membangun usaha, yakni produksi kopi salak dan pisang hasil panen dari petani Dampit atau Daff Kopi. Walaupun masih tergolong baru, Daff Kopi sudah banyak pengunjungnya. Kafe yang dibuka sejak jam 09.00 sampai 24.00 WIB ini selalu ramai pengunjung. Tempatnya luas, ada banyak ragam jenis kopi nusantara, makanan ringan dan makanan berat tersedia juga di kafe ini. Menurut Mia, kafe ini sering digunakan untuk ketemuan komunitas di Blitar. Mulai komunitas musik, motor dan komunitas hobi yang lainnya. Pengalaman Mia selama di luar negeri, menjadi kunci dari perjalanan Daff Kopi ini. 

Dalam memberikan layanan kepada pengunjung Daff Kopi, Mia hanya dibantu oleh 3 orang pramusaji. Sebagian besar pelayanan sementara waktu masih ditangani oleh Mia. Menurutnya , ke depan dia harus mengajari anak-anak yang membantunya agar pekerjaan ini terdistribusi dengan baik. Mia berpesan kepada pekerja migran yang sedang berada di luar negeri atau sudah berada di rumah agar benar-benar bisa memanfaatkan modal yang dimiliki untuk keberlangsungan hidup di Indonesia. 

“Jangan sampai modal yang didapat bertahun-tahun di luar negeri habis hanya karena perilaku konsumtif kita,” pungkas Mia. 

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.