News

(Bahasa Indonesia) Sambut Ramadan, Komunitas Serantau dan Gusdurian Adakan Diskusi dan Doa Bersama

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Komunitas Serantau dan Gusdurian Adakan Diskusi dan Doa Bersama
Komunitas Serantau dan Gusdurian Adakan Diskusi dan Doa Bersama

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Komunitas Serantau dan Komunitas Gusdurian mengadakan acara do’a dan diskusi bersama pekerja migran dan WNI di Malaysia. Bertempat di kantor Grapari di Chow Kit, Kuala Lumpur (21/5/2017) acara dihadiri oleh puluhan pekerja migran dan WNI. Hadir juga Ikram A. Taha, Atase Imigrasi KBRI Kuala Lumpur, Dahlia  Kusuma Dewi, Sekretaris 1 Konsuler KBRI Kuala Lumpur dan Fitri, staf Konsuler KBRI Kuala Lumpur.

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Icha, pekerja rumah tangga dari Aceh dan dilanjutkan dengan diskusi. Ada beberapa topik yang di sampaikan Nasrikah, moderator diskusi, diantaranya  mengenai implikasi program e-card yang diluncurkan pemerintah Malaysia pada 15 Februari 2017 untuk pekerja migran. Nasrikah memantik diskusi dengan menanyakan pada KBRI  mengenai jumlah pekerja migran yang  membuat paspor untuk e-card  dan berapa yang ditolak.

Ikram, selaku atase imigrasi menjawab sudah ada 1500 Paspor yang sudah dikeluarkan KBRI Kuala Lumpur, dan banyak juga yang ditolak karena dokumen yang tidak memenuhi syarat. Menurut Ikram, program e-card bukan hanya program untuk melegalkan pekerja yang tidak berdokumen saja.

“E-card juga merupakan satu langkah pemerintah Malaysia untuk mendata pekerja yang tidak berdokumen dan  majikan yang mempekerjakan pekerja tidak berdokumen,” tutur Ikram.

Ikram juga mengungkapkan kantor perwakilan RI saat ini tidak bisa melayani koreksi data paspor, sehingga dkoreksi data paspor hanya bisa dibuat di Indonesia saja. Ia juga meningatkan tindakan memalsukan data pribadi, termasuk data paspor, merupakan suatu tindakan melanggar hukum dan pekerja migran diimbau supaya tidak melanggar hukum. KBRI Kuala Lumpur juga mengingkatkan agar pekerja migran tidak berdokumen yang hendak pulang ke Indonesia untuk mengikuti jalur resmi. Jangan karena menghindari blacklist banyak yang memilih jalur ikut tongkang yang membahayakan nyawa.

Mengenai isbat nikah, Dahlia selaku sekretaris menyampaikan untuk saat ini wilayah Semenanjung Malaysia belum lagi mengadakan  isbat. Pihak KBRI mengaku pernah mengadakan isbat nikah, namun sambutan dari pekerja migran kurang, sehingga isbat belum diadakan lagi. Selain itu juga karena faktor kelengkapan dokumen membuat banyak pekerja migran yang  tidak ikut.

Setelah sesi sharing dengan KBRI Kuala Lumput, acara dilanjutkan dengan siraman rohani oleh ustadz Ali Wafa LC, mahasiswa UIA dari Banyuwangi yang memberikan bekal ilmu sebelum berpuasa serta syarat dan rukun berpuasa. Kawok, pekerja migrant sektor konstruksi dari Tuban menuturkan acara semacam ini sangat bagus untuk mengeratkan silaturahmi sesame pekerja migrant dan WNI.

“Acara seperti ini juga mengingatkan kami dengan suasana menjelang Ramadan seperti di kampung halaman,” ujar Kawok.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.