Gambaran Usaha Bakso dari Mantan BMI Malaysia

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Ilustrasi: BMI yang telah kembali ke tanah air, harus mampu memanajemen keuangannya sehingga tak harus kembali bekerja di luar negeri.
Ilustrasi: BMI yang telah kembali ke tanah air, harus mampu memanajemen keuangannya sehingga tak harus kembali bekerja di luar negeri.

Susanto (51) yang lebih dikenal dengan Pak Bacus adalah lelaki kelahiran Banyuwangi yang memilih jalan berbeda untuk menjadi pengusaha. Setelah menikah pada tahun 1993, ia dan istrinya sempat jatuh-bangun, gonta-ganti pekerjaan mulai dari bekerja sebagai tenaga honorer di BKSDM Malang dan karyawan pabrik di Riau. Namun karena jauh dari keluarga dan gajinya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia pulang dan mencoba membuka toko kelontong kecil yang akhirnya bangkrut.

Susanto kemudian memutuskan untuk membuka usaha bakso di kios perempatan Tapanrejo. Banyaknya pesaing membuat kiosnya sepi, akhirnya kehabisan modal dan bangkrut lagi. Pada tahun 2003 Susanto mencari modal dengan bekerja di luar negeri menjadi buruh migran di Malaysia, bekerja di sektor kontruksi sebagai kuli bangunan. Setelah bekerja selama 2 tahun, ia pulang dan berencana membuka usaha bakso lagi. Sebelum membuka usahanya lagi ia konsultasi kepada teman sesama penjual bakso yang telah berhasil. Susanto menemukan kunci dalam usaha bakso adalah ketelatenan. Menurutnya keuntungan menjual bakso adalah berapa mangkok bakso yang bisa kita jual.

Misal dalam satu hari kita bisa menjual 50 mangkok porsi bakso, 1 porsi bakso biasanya menghasilkan keuntungan 2-3 ribu rupiah, hitungan keuntungannya sebagai berikut :
· Keuntungan bakso / mangkok Rp.2.000,- x 50 = Rp. 100.000,-
· Keuntungan Minuman per Porsi Rp.1.000,- x 50 = Rp. 50.000
· Keuntungan Krupuk / makanan lain Rp.1.000 x 20 = Rp. 20.000,-
Jadi kita bisa mendapatkan keuntungan dari menjual bakso dll. sekitar Rp.170.000,-/hari atau sekitar Rp.5.100.000,-/bulan( 30 hari).  Pak Bacus, memberikan gambaran perkiraan modal untuk menjadi penjual bakso.

1. Menjual bakso dengan menggunakan gerobak, dapat dirinci dengan perkiraan modal antara lain : Harga gerobak (1,5 juta), harga kompor, gas, mangkuk, gelas, alat masak, kursi dll (2 juta). Sehingga total 3,5 juta rupiah modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha bakso keliling.

2. Untuk perincian modal awal ketika menyewa tempat per bulan di depan toko, pinggiran pasar atau jalan yang memang menyediakan tempat untuk berjualan, biaya sewa kisaran 5 ribu, belum termasuk membeli tenda, meja, kursi yang kira-kira sekitar 2,5 juta.

Menurut Susanto, jika ingin memulai usaha bakso ada empat hal utama yang harus diperhatikan :

1. Daging yang terbaik
Susanto selalu menggunakan daging sapi kualitas super. Pantangan baginya adalah tidak menggunakan daging yang telah disimpan dalam pendingin untuk menjaga kualitas bakso agar rasanya tetap. Susanto atau Pak Bacus juga mempersilakan konsumen untuk mencoba bakso lain dan memabndingkan rasa dari bakso tersebut.

2. Harga terjangkau
Harga baksonya dahulu hanya Rp.3000/pors, namun karena harga daging sapi naik ia menaikkan harga bakso menjadi Rp.5000/porsi. Tiap porsi berisi 4 bulat bakso, 1 buah tahu dan 1 buah lontong.

3. Lokasi
Menurut Susanto, lokasi tempat usaha ini penting dalam menentukan lokasi usaha. Perlu diperhatikan adalah kompetisi usaha sejenis di lokasi yang menjadi pilihan. Jika memang banyak pesaing, tentu peluang juga semakin kecil. Jika memang hanya lokasi itu yang bisa dijangkau, maka pastikan produk yang ditawarkan jauh lebih unggul dibanding dengan kompetitor lainnya.

4. Promosi getok tular
Dalam promosi, Susanto menggunakan sistem getok tular atau promosi dari mulut ke mulut. Selain menjual secara langsung, ia juga menerima pesanan bakso dari teman di lingkungannya untuk berbagai acara seperti hajatan, yasinan dan sebagainya.

Apabila Anda tertarik untuk belajar mengenai usaha bakso atau menjalin kerja sama dapat menghubungi Susanto/Pak Bacus di 082331540972.

*Tulisan ini dimuat di Rubrik Inspirasi BMI, Buletin Bumi Blambangan Edisi Juni 2016

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.