Songgon- Rumah sederhana yang biasanya sepi itu mendadak ramai dipenuhi isak tangis histeris keluarga dan sanak saudara. Suasana haru nampak tergambar dari wajah ratusan orang yang hadir memenuhi halaman serta pekarangan rumah keluarga Romlah. Seperti inilah, atmosfir yang menyelimuti prosesi pemakaman Romlah alias Anita (38), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dusun Pertapan Desa Sragi Kecamatan Songgon, Banyuwangi yang meninggal dunia di tanah perantauan negeri Jiran Malaysia.
Doa-doa yang dibacakan oleh para alim ulama, tokoh agama, juga para tetangga dan handai taulan untuk memberi kekuatan pada keluarga yang ditinggalkan, serta untuk mengantar mendiang menuju peristirahatan terakhirpun tetap tak mampu membendung tangisan histeris dan kesedihan seluruh keluarga dan sanak family. Diruang tamu, tempat jenazah disemayamkan, nampak keluarga dengan silih berganti memeluk peti jenazah.
Sebelum di sholatkan, peti jenazah Romlah dibuka agar keluarga, sanak saudara serta orang tua dan kedua anak yang ditinggalkan bisa melihat wajah mendiang untuk yang terakhir kalinya.
Sekali lagi, inilah nasib TKW asal Banyuwangi, demi mencari susuap nasi, Romlah rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman, meskipun akhirnya nafasnya terputus di tanah orang. Romlah adalah potret seorang wanita hebat, dia rela banting tulang hingga ke luar negeri hanya untuk kehidupan yang lebih mapan bagi dia dan anak-anaknya.
Setelah kepulangannya dua tahun silam, kini istri dari Ilham (45) ini, harus pulang dengan tubuh yang sudah membujur kaku. Dengan diiringi isak tangis keluarga dan sanak saudara, jasad tak bernyawa yang baru tiba dirumah duka pada hari selasa (31/1) jam 4 dinihari ini langsung dikebumikan di tempat pemakaman umum setempat.
Fatimah, (41), sepupu korban tak pernah menduga nasib tragis ini akan menimpa saudaranya. Terlebih, setiap kali dia berkomunikasi via telepon, korban tak pernah mengeluhkan sakit apapun. Bahkan dengan nada sehat-sehat saja, korban sempat berniat akan mengirim sejumlah uang pada keluarganya pada imlek kemarin.
Justru yang terlihat paling terpukul dengan kenyataan ini adalah Anita, (17) putri kedua korban. Dengan ditemani sanak saudara, pelajar kelas tiga SMKN 1 Giri ini nampak tak kuasa menahan kesedihan saat mengantar jasad ibunya ke peristirahatan terakhir. Tak ada sepatah katapun yang mampu terucap dari bibirnya. Hanya rasa pilu yang terpancar dari wajah gadis pendiam ini, seakan tak percaya ibu yang telah melahirkannya telah pergi untuk selama-lamanya.
Mewakili pihak keluarga, Sugiman, (46) Kepala Dusun Pertapan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, mengatakan bahwa, pihak keluarga hanya bisa pasrah dan merelakan kematian Romlah. “Pihak keluarga sudah pasrah dan menerima,” ujarnya. Dia juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu pemulangan jenazah Romlah dari Johor Malaysia hingga sampai di kampung halaman.
Dari penjelasan sugiman, kabar kematian korban pertama kali diterima pihak keluarga sejak hari minggu 22 januari lalu. Informasi yang didapat dari Ling Ling Wei, majikan Romlah, kepada Sugiman memberitakan bahwa sebelumnya korban terpeleset di lantai hingga kepalanya terbentur keras saat bekerja. Romlah sempat dilarikan kerumah sakit, namun nyawanya tetap tak bisa tertolong.
Sebelum bekerja menjadi TKI di Malaysia, Romlah sempat menjadi TKI di Singapura pada tahun 2004. Selanjutnya tahun 2006, korban menjadi TKI di Malaysia. Menurut keterangan keluarga, keberangkatan pertama korban ke Malaysia masih melalui jalur resmi, namun setelah kepulangannya dari negeri Jiran yang pertama pada tahun 2009, tak diketahui alasannya korban lebih memilih kembali ke Malaysia melalui jalur illegal. Semasa hidupnya, mendiang dikenal sebagai pribadi yang mudah akrab dan ramah. Romlah kini meninggalkan dua orang anak dan seorang suami.
Tampak berduyun-duyun, para tetangga dan handai taulan mengucapkan bela sungkawa hingga memadati halaman dan pekarangan rumah almarhumah. Mereka dengan beramai ramai mensholati jenazah di mushola dekat rumah korban. Usai disholatkan, jasad Romlah langsung diberangkatkan ke tempat pemakaman umum setempat dengan diiringi seluruh pelayat. (bon)