News

(Bahasa Indonesia) Komunitas Tritura Diskusikan Karya Bertema Buruh Migran

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Tampak beberapa seniman, pegiat Tritura, dan beberapa pegiat buruh migran di Yogyakarta sedang berdikusi tentang persoalan buruh migran.
Tampak beberapa seniman, pegiat Tritura, dan beberapa pegiat buruh migran di Yogyakarta sedang berdikusi tentang persoalan buruh migran.

Komunitas Perkumpulan Kebudayaan Tritura bersama sekitar 20 seniman dari pelukis, perupa, hingga aktor teater berkumpul dan mendiskusikan persoalan Buruh Migran Indonesia (18/01/12). Diskusi pra produksi karya bertema buruh migran tersebut digelar di kantor Institute for Migrant Worker (IWORK), Jalan Menjangan, Kleben, Wirobrajan, Yogyakarta.

Diskusi juga diikuti oleh pakar ekonomi kerakyatan Antonius Budisusila, Fathulloh dan Fika Murdiana dari Pusat Sumber Daya Buruh Migran Yogyakarta, serta Direktur IWORK, Yohanes B Wibawa. Pertemuan seniman dengan pegiat buruh migran menurut Duvrart Angelo, Pegiat Tritura yang biasa disapa Anggee ini dalam rangka mempertajam pengetahuan dan imajinasi seniman, sebelum memulai membuat karya bertemakan buruh migran.

“Karya seniman biasanya hadir dalam situasi keresahan, sisi ambang batas, dan ketidakpastian yang kemudian dinikmati untuk melahirkan karya. Pada persoalan BMI sendiri, ketidakpastian muncul sejak dari bahasa yang diciptakan pemerintah, kata pasar tenaga kerja misalnya, kata tenaga sajalah yang dirujuk oleh pemerintah sebagai komoditas, lantas di mana, rasa dan jiwanya sebagai manusia?, jangan-jangan hanya tubuhnya saja yang dihargai, bukan sisi kemanusiannya secara utuh.” tutur Antonius Budisusila saat menjelaskan persoalan buruh migran dari sisi ekonomi.

Diskusi pra karya ini merupakan kelanjutan dari proses pengamatan lapangan (live in) yang dilakukan para seniman di lima titik lumbung BMI yakni, Cirebon, Blitar, Cilacap, Jepara, dan Kulon Progo. Data pengamatan lapangan yang dikumpulkan para seniman yang terjun di lima titik daerah lumbung BMI akan dijadikan bahan diskusi bagi para seniman di tiga kota, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.

Serangkaian diskusi dan rencana produksi karya dariĀ  pelbagai seniman tersebut merupakan bagian gerakan kebudayaan yang diinisiasi Komunitas Perkumpulan Kebudayaan Tritura Yogyakarta, untuk menyuarakan perjuangan perlindungan BMI dan keluarga.

Tulisan ini ditandai dengan: buruh migran komunitas tritura tenaga kerja indonesia 

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.