Banyak Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja di Hongkong memanfaatkan waktu liburnya untuk berbagai kegiatan. Dari hanya sekadar jalan-jalan, shopping, kumpul bareng, hingga ada yang memanfaatkan untuk aktivitas yang bermanfaat, seperti mengikuti kegiatan pengajian, menari, kursus keterampilan, sekolah kejar paket B dan C, dan kuliah.
Saya merupakan salah satu BMI yang memanfaatkan waktu luang untuk mengisi kegiatan pribadi. Saya bekerja di Hongkong selama 7 tahun, mulai 2003-2010. Di samping bekerja, saya juga mempunyai minat melanjutkan pendidikan untuk menambah pengetahuan. Kondisi di Hongkong sangat mendukung keinginan saya untuk belajar lagi karena di sana terdapat beberapa lembaga dan perguruan tinggi Indonesia yang membuka kesempatan belajar bagi para BMI. Salah satu lembaga tersebut adalah Action Vision Mision (AVM) Hongkong ltd. dan Saint Marry College.
Selama di Hongkong saya mengikuti pendidikan D1 di bidang teknologi informatika di AVM Hongkong ltd. Pendidikan D1 ini saya tempuh selama satu tahun, dari April 2009 hingga Maret 2010.
Mungkin banyak yang bertanya bagaimana dengan sistem kuliahnya? Bagaimana cara membagi waktu antara kerja dan kuliah? Apakah majikan mengijinkan? Ini merupakan pertanyaan yang umum dan biasa ditanyakan oleh teman-teman dan bahkan tetangga-tetangga saya di kampung.
Kepergian awal saya ke Hongkong adalah untuk bekerja. Bagi saya hal itu adalah sebuah prioritas. Sedangkan kuliah merupakan kegiatan prioritas kedua. Oleh karena itu, kemampuan mengelola waktu sangat penting. Selama di Hongkong, saya harus membagi waktu untuk bekerja, belajar, dan istirahat. Kuliah di kampus AVM hanya seminggu sekali, yaitu pada hari libur kerja, Ahad. Saya sangat bersyukur karena majikan tempat bekerja sangat mendukung pilihan saya untuk kuliah. Meskipun begitu, majikan juga kadang memberi teguran karena saya dianggap lalai dalam melaksanakan pekerjaan.
Dibalik banyaknya kasus BMI yang bermunculan terdapat kisah sukses dari mbak Neli Khuriyah,
Semoga lebih banyak lagi yang mengikuti jejaknya
Yang terpenting mbak yayuk, buruh migran harus menyadari pentingnya belajar dan menguasai keterampilan bidang yg diminati. Sehingga ketika kontrak habis mereka tidak perlu lagi kembali jadi buruh migran. Cukup hidup dari keterampilan yang sudah diperoleh disana.
sebenarnya banyak kisah sukses BMI disana, tapi kita hanya memperhatikan yang sisi buruknya saja.seperti pepatah jawa mengatakan “becik ketitik ala ketara” jadi masyarakat kita lebih banyak menggembar-gemborkan masalah buruk ketimbang baiknya.
saya kenal lembaga avm hongkong college yang berpusat di hongkong di tin hau tepatnya. saya di hongkong sudah 15 tahun sejak lulus sma saya langsung di hongkong di lembaga yang kredibel, profesional, jujur merupakan bentuk komitmen dari pendiri lembaga tersebut bersyukur kami semua dapat menjadi mahasiswa…. seharus nya pemerintah mendukung dan mensupport dengan adanya kampus ini dengan cara apapun, bagi kami sangat bangga ada kampus buatan asli orang indo……kayaaooouuuu,…THE BEST
saya pribadi merekomendasi bergabunglah di kampus AVM HONGKONG selagi para pahlawan devisa tinggal d hongkong demi masa depan
ada jurusan hubungan internasional gk kak disana dan klo jadi prt bisa sambil kuliah disana memang?
saya ingin kuliah tp bgaimana caranya,, tentang administrasi, persyaratan serta tempatnya sya tidaj tau,, mohon infonya