Setelah terbentuk pada bulan Oktober 2018, Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Jatinom terus berkarya. KOPI Jatinom mulai menyusun struktur komunitas hingga membuat rencana kerja komunitas. Struktur dan rencana kerja komunitas dikomunikasikan dengan pemerintah desa pada Sabtu, (15/09/2018) yang bertempat di rumah Kepala Desa Jatinom. Mereka melakukan diskusi terkait dengan draft yang sudah dibawa oleh KOPI.
Taufiqur Rohman (41), Kepala Desa Jatinom, menyambut baik kedatangan pengurus KOPI. Taufiq berharap agar KOPI Jatinom ke depan bisa menjadi penggerak dalam penyelesaian kasus pekerja migran dari desa. Selain itu, KOPI juga diharapkan mampu menjadi mitra pemerintah desa dalam memberikan perlindungan dan pendidikan kepada pekerja migran dan keluarganya sebelum dan sesudah bekerja.
Menurut Waluyo (48), Ketua KOPI Jatinom, maksud kedatangannya bersama anggota KOPI ke kepala desa adalah untuk menyampaikan informasi terbaru terkait KOPI. Ketua KOPI ini menyampaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan KOPI Jatinom. Waluyo menyampaikan kepada pemerintah desa terkait dengan program yang akan dilakukan oleh KOPI. Hal utama yang disampaikan Waluyo adalah terkait dengan rencana pendataan pekerja migran di Desa Jatinom.
KOPI Jatinom akan mendata semua pekerja migran, baik itu yang sedang berada di luar negeri, ataupun yang sudah kembali dan tinggal di desa. Data ini menurut Waluyo akan sangat berguna untuk desa dan KOPI. Menurut Waluyo, data ini sangat penting dimiliki oleh KOPI dan pemerintah desa, karena dengan berdasar pada data KOPI dan pemerintah desa akan dengan mudah memberikan pelayanan kepada masyarakatnya.
“Data yang ada di desa juga bisa dimanfaatkan untuk menganalisa sumber daya dan potensi pekerja migran. Purna pekerja migran misalnya, kalau bisa diidentifikasi negara asal kerjanya, maka bukan tidak mungkin ini bisa menjadi sumberdaya yang bisa dimanfaatkan untuk memberikan konseling sebelum keberangkatan,” pungkas Waluyo.
Kepala Desa menyambut baik terkait rencana KOPI mendata semua pekerja migran yang ada di desa. Taufiq mengakui memang sampai hari ini desa belum memiliki data yang lengkap dan mutakhir terkait dengan jumlah pekerja migran, baik yang sedang berada di luar negeri ataupun yang sudah berada di rumah. Taufiq berharap, KOPI bisa menyajikan data-data itu secara terpilah, sehingga desa bisa membaca dan membuat program yang khusus untuk pekerja migran di desa.
Menurut Taufiq, pertalian antara KOPI dan pemerintah desa ke depan harus semakin kuat. Harus ada sinergi yang kuat antara KOPI dan pemerintah desa, karena dengan demikian Desa Jatinom bisa mengurangi migrasi yang membahayakan bagi pekerja migran dan keluarganya. Pemerintah desa juga akan terus berupaya memberikan perlindungan sesuai dengan kewenangannya. Agar terus bersinergi, Kepala Desa Jatinom ini berharap agar ada pertemuan berkala antara KOPI dengan pemerintah desa. Pertemuan ini menurutnya penting untuk membahas hal-hal baru yang telah dilakukan KOPI dan rencana program yang akan dilakukan.