Berita

Pulang dari Hongkong, Pekerja Migran Jual Pentol Hongkong

Author

Hujan nampak mengguyur desa pagi itu. Di sebuah tempat berteduh terdapat beberapa orang berkerumun, setelah didekati rupanya orang-orang mengerumuni seorang penjual. Penjual yang dikerumuni banyak orang itu menjual jajanan pentol, makanan yang terbuat dari tepung yang direbus dan dikukus. Produk pentol itu dinamai Pentol Hongkong. Pemilihan nama pentol Hongkong bukan tanpa alasan, Mudriati (40), sang penjual pernah bekerja di Hongkong sebagai pekerja migran Indonesia.

 

“Saya merupakan mantan pekerja migran Hongkong, untuk mengingat masa lalu waktu bekerja di Hongkong, saya menamai pentol jualan ini dengan pentol Hongkong,”ungkapnya.

 

Menurut Mudriati, nama Pentol Hongkong cukup menarik perhatian orang untuk membeli. Di Blitar sendiri sudah banyak pedagang yang menjual pentol, sehingga untuk membedakan pentolnya dengan yang lain dinamailah sebagai pentol Hongkong. Di sela-sela melayani konsumennya, Mudriati menceritakan pengalamannya sebagai mantan pekerja migran. Ia pernah bekerja di Hong Kong selama enam tahun lewat sebuah PJTKI/P3MI di Tangerang. Pada awal keberangkatan, dia menunggu dua bulan untuk dapat diberangkatkan ke Hongkong.

 

Selama di Hong Kong, Mudriati berganti majikan sebanyak tiga kali karena pasien yang dijaga merupakan pasien jompo yang kemudian meninggal dunia. Di majikan ketiga atau terakhir, Mudriati mengaku merawat pasien jompo dan menjaga bayi. Meskipun bebannya ganda, Mudriati tidak mendapatkan gaji dobel dari majikan. Namun, ia merasa senang dan nyaman walaupun beban kerjanya berat. Menurutnya, kenyamanan ini dikarenakan sikap majikan yang relatif baik dibanding dengan majikan sebelumnya.

 

“Saya merasa nyaman tinggal disitu karena majikan baik, diberi libur satu minggu sekali dan libur di hari libur nasional,”kata Mudriati.

 

Selama enam tahun di Hong Kong, Mudriati tidak pernah pulang ke tanah air. Setiap memperbaharui kontrak, ia cukup terbang ke Macau yang berada di dekat Hongkong. Sehari di Macau, ia sudah bisa kembali ke Hongkong untuk memperpanjang visa. Pilihan ini banyak dipakai pekerja migran di Hong Kong untuk memperbaharui kontrak kerja tanpa harus pulang ke Indonesia.

 

Mudriati sebenarnya ingin pergi menjadi pekerja migran di luar negeri kembali, tapi suaminya tidak mengizinkan. Mudriati berjualan pentol untuk mengusir kejenuhan di rumah. Selain itu ia juga menjual buah-buahan lokal dan juga sembako. Ia sudah terbiasa bekerja, sehingga hal itu menuntutnya terus bekerja daripada menganggur begitu saja. Dari jualan pentol Hongkong dan buah-buahan ini, Mudriati bisa sedikit membantu kebutuhan keluarga, khususnya untuk kebutuhan sehari-hari. 

 

“Saya belum dikaruniai anak, jadi saya cari kesibukan untuk jualan pentol ini. Saya bersyukur bisa bekerja di depan rumah seperti sekarang ini,” pungkas Mudriati.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.