Kelola Informasi, Kunci Perlindungan Buruh Migran

Author

Kelas Pengelolaan Informasi Buruh Migran di Desa Sidaurip, Binangun, Cilacap
Kelas Pengelolaan Informasi Buruh Migran di Desa Sidaurip, Binangun, Cilacap

Bertempat di ruang media center Desa Sidaurip, Binangun, Cilacap, kelas Pengelolaan Informasi Buruh Migran dimulai (11/06/2013). Pembicara kelas adalah Fathullah, pegiat buruh migran dari Infest Yogyakarta. Informasi dan kisah yang dialami buruh migran perlu untuk dituliskan dan disebarluaskan.

Setiap pengalaman buruh migran kiranya bisa menjadi pelajaran berharga dan inspirasi bagi calon buruh migran yang hendak ke luar negeri. Setiap informasi yang menyebar juga membantu banyak orang untuk berpartisipasi pada gerakan perlindungan buruh migran. Namun apa itu informasi?

Informasi menurut Fathullah ialah kejadian nyata yang dilihat, diamati, dicatat, dan diubah menjadi data kemudian diolah lagi dalam kemasan menarik berbentuk tulisan dan terakhir disebarluaskan.

Informasi tidak akan berguna banyak jika tidak disebarluaskan, apalagi jika informasi itu penting. Sekarang ini banyak medium dalam penyebaran informasi, agar dengan mudah ditanggapi, salah satunya dengan penggunaan sosial media.

“Contoh simpel penyebaran informasi seperti ini. Semisal punya hp, terus dipakai buat video, dan di unggah di Facebook atau Youtube itu contoh sederhananya, ”ungkap Fathullah.

Penyebaran informasi bisa dilakukan di mana pun, termasuk di desa, karena sering  berita di desa luput untuk dipublikasikan. “Andai di desa tidak ada akses internet, penyebaran informasi di desa bisa menggunakan media sms, “terang Fathullah.

Menurut Pradna, Blogger Banyumas, internet adalah sarana menyebarkan informasi untuk melakukan perubahan. People power ternyata bisa dilakukan lewat media internet. Omongan segelintir orang bisa memepengaruhi kebijakan banyak orang, karena di bicarakan terus menerus.

Pradna dalam forum ini memberikan tips agar berita yang diunggah bisa ramah mesin pencari. Pertama,  agar informasi cepat menyebar bisa menggunakan media sosial seperti Facebook atau Twitter. Kedua,  mesin pencari lebih senang dengan penulis yang teratur mengunggah tulisannya.

Di akhir acara, peserta melakukan praktik langsung bagaimana mengolah informasi untuk dijadikan tulisan dan disebarluaskan lewat sosial media.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.