Yana (nama samaran) bekerja di Hong Kong 3 tahun, ia mengambil cuti pertengahan bulan Juni dan mengambil penerbangan jurusan Jakarta. Yana pun harus melewati bandara Soekarno-Hatta yang terkenal banyak calo yang berseliweran hampir 24 jam setiap harinya.
Pukul 23.00 WIB, Yana tiba dengan selamat di tanah air. Kebetulan banyak TKW dari Arab Saudi yang transit di Hong Kong dan satu pesawat menuju Indonesia bersama Yana. Setelah pemeriksaan di Imigrasi dan mengambil bagasi, Yana dan para TKW ini digiring ke terminal khusus kedatangan TKI. Sesampainya di sana, koper-koper mereka dinaikkan oleh petugas ke dalam bus. Koper dilempar dengan kasar dan para penumpang disuruh naik satu per satu. Bus kemudian berjalan menuju ke terminal 4.
Sesampainya di terminal 4 inilah, praktik calo dimulai. Saat menurunkan koper, petugas meminta uang kepada para penumpang. Saat penumpang ingin mengambil kopernya sendiri, petugas marah-marah dan membentak-bentak para TKW.
Setelah mendapatkan koper, para TKW kemudian masuk ke konter perwakilan BNP2TKI untuk pendataan (Gedung Pendataan Kepulangan TKI/GPKTKI). Para TKW diberi penjelasan mengenai prosedur kepulangan yang diharuskan naik travel yang telah disediakan pihak bandara dan jika dijemput, pihak keluarga harus menebus Rp 600 ribu bahkan lebih.
Biaya travel untuk daerah Jabodetabek seperti yang tertulis di papan adalah Rp 125 ribu namun faktanya para TKW disuruh membayar Rp 150 ribu. Saat Yana bertanya yang Rp 25 ribu untuk apa?, Pihak travel tidak mau menjelaskan dan malah marah-marah. Setelah membayar, para TKW disuruh menungu panggilan, jam sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB.
Pukul 6 pagi atau keesokan harinya travel baru berjalan membawa penumpang ke daerah Jabodetabek. Travel dengan isi 15 penumpang, sopir dan kernet satu. TKW yang kebanyakan dari Arab menurut Yana rata-rata orangnya pendiam dan tidak berani melawan. Pun juga saat makan siang tiba, oleh sopir dan kernet para penumpang dipaksa untuk membayar dengan alasan tidak punya uang receh dan kalau tidak dibayar travel tidak akan berjalan.
Peristiwa yang membuat aneh adalah saat ada TKW yang akan turun. TKW disuruh pindah ke kursi depan, dekat sopir dan kernet. Kursi antara sopir dan penumpang belakang sengaja diberi penutup. Otomatis perbincangan antara sopir, kernet dan satu TKW tidak terlihat dan terdengar oleh penumpang di belakang.
Ternyata begini cara sopir dan kernet melakukan aksinya. TKW dimintai tambahan biaya lagi dengan merayu dan bahkan meraba-raba tangan dan punggung TKW.
Saat Yana ingin turun juga dimintai tambahan uang lagi. Diberi Rp 30 ribu namun sopir menolak karena merasa terlalu sedikit. Akhirnya ditambah Rp 10 ribu kemudian Yana segera menuju ke motor saudara yang sudah menunggunya di dekat mobil travel.
Sungguh, bandara khusus yang katanya untuk memudahkan kepulangan TKI, ternyata masih saja menjadi ajang pemerasan. “Saya kapok turun di bandara itu.” Curhat Yana.
udah sering yg begini ini bukan sekali dua kali, agency yg di indonesia, harus nya membimbing tki nya, agar tidak bisa di peras seenak nya.
minta tanda terima kalau memang ada tambahan biaya lain terhadap petugas yg meminta, beserta copy identitas petugas nya, biar bisa jadi bukti ke BNP2TKI
bagus peraturannya.tp kenyataanya,masih ada blk ctki yang tidak,bahkan sama sekali mematuhi peraturan tersebut.dan sebagai contoh istri saya sendiri.selama di blk PT PIS Madiun,jawa timur,sangat jauh dari peraturan tersebut.padahal istri saya sudah ex taiwan.tempat tidur yang banyak kutu,makan yang jauh dari gizi,tidak boleh beli makanan di luar blk,dan adanya jaminan yg tak masuk akal bagi ctki yang ingin jenguk keluarga.mohon pihak2 yg trkait untuk mengatasi masalah tsb..