Pentingnya Peran Pengganti Orang Tua Bagi Anak Buruh Migran

Author

Lindungi Anak-Anak Buruh Migran
Lindungi Anak-Anak Buruh Migran

Belajar merupakan proses perubahan pada kepribadian seseorang, baik berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, serta kepandaian memahami sesuatu. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran menjadi proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Selain sekolah, lingkungan dan keluarga memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan psikologis dan pola belajar anak. Setiap anak memiliki potensi atau bakat dalam dirinya sebagai anugerah dari Tuhan. Namun potensi ini kadang tidak bisa dikembangkan dengan maksimal, karena kurangnya perhatian dan pendampingan dari orang tua. Pendampingan orang tua menjadi hal penting pada perkembangan anak usia Sekolah Dasar (SD). Anak akan menghabiskan waktunya lebih banyak bersama dengan orang tua, daripada di sekolah yang hanya 5-6 jam dalam sehari.

Anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang cukup dan memiliki keluarga yang harmonis, akan mudah untuk menerima pelajaran di sekolah. Dibandingkan dengan anak yang kurang perhatian dari orangtuanya, mereka cenderung akan berperilaku berbeda yang menunjukan sikap ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari orang lain.

Pengalaman sebagai pendamping/pengajar di sekolah, membuat saya memahami perbedaan perkembangan belajar setiap anak. Anak yang mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua dan memiliki keluarga harmonis, memiliki semangat belajar yang tinggi hingga mampu mendapatkan nilai yang memuaskan. Lain halnya dengan anak yang kurang mendapatkan pendampingan dari orangtuanya, misal orangtunya bekerja sebagai buruh migran. Anak ini cenderung kurang aktif dalam proses belajar, jarang mengerjakan PR, hingga buku pelajaran pun sering hilang. Hal ini terjadi karena tidak adanya peran orang tua yang memperhatikan kebutuhan anak dan pendampingan pada proses belajar di rumah.

Dari data hasil belajar anak di sekolah, beberapa anak mengalami penurunan hasil belajar karena kurangnya pendampingan orang tua yang bekerja sebagai buruh migran. Seorang anak saat ayah dan ibunya di rumah, pada semester satu anak ini mendapatkan nilai rata-rata 85,6 dari seluruh mata pelajaran. Namun pada semester dua ibunya pergi menjadi buruh migran karena alasan ekonomi. Prestasi belajarnya semakin menurun dari rata-rata 85,6 pada semester satu, menurun menjadi 79,3 pada semester dua. Mengalami penurunan sebanyak 6,3 dan nilainya semakin menurun setiap tahunnya.

Bahkan pada anak lainnya yang juga ditinggal orang tuanya menjadi buruh migran, saat kelas lima semester satu dia sampai mengalami mogok belajar. Dalam waktu satu bulan hanya berangkat satu atau dua hari, begitu seterusnya. Bahkan pada semester dua dia tidak pernah masuk sekolah satu hari pun.

Namun berkat dukungan dan bimbingan dari seorang guru kelas yang tekun dan sabar, anak ini bersedia mau mengulang pada tahun pelajaran berikutnya. Hingga prestasi belajarnya mengalami kenaikan, bahkan dia menjadi anak yang paling rajin berangkat sekolah. Hal tersebut membuktikan bahwa anak usia SD sangatlah memerlukan perhatian dan kasih sayang dari sosok orang tua, khususnya ibu.

Anak yang diasuh oleh neneknya atau keluarga lain, cenderung kurang mandiri dan mengalami kesulitan pada proses belajarnya. Seorang nenek yang memiliki usia rata-rata umur di atas 50 tahun, akan mengalami kesulitan dalam mengajari cucunya belajar. Sementara pelajaran yang saat ini diberikan pada anak semakin sulit dan semakin komplek.

Faktor lain yang juga memberikan dampak besar sulitnya belajar anak, adalah orang tua yang cenderung akan lebih memanjakan anaknya dengan selalu memenuhi keinginan anak. Memberikan handphone atau gadget, sepeda motor atau fasilitas lain pada anak misalnya, yang sebetulnya belum sesuai dengan usianya untuk menggunakan. Barang-barang tersebut cenderung membuat anak malas belajar dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan barang-barang pemberian dari orang tuanya ini. Anak yang mennggunakan gadget dengan fasilitas internet, haruslah mendapatkan pendampingan dari orang tuanya. Jika salah menggunakan, dikhawatirkan anak justru akan mendapatkan dampak negatif yang cenderung merugikan.

Peran orang tua sangatlah penting dalam pendampingan anak untuk menggapai cita-citanya. “Bangunan yang kokoh berdiri berawal dari pondasi yang kuat”, keberhasilan anak dalam belajar sangatlah memerlukan dukungan dan bimbingan dari orang tua. Peran guru di sekolah adalah sebagai jembatan dalam mendidik anak-anak. Waktu belajar di sekolah sangatlah terbatas, pendampingan dari orang tua lah yang mampu membangun sikap dan kepribadian anak menjadi lebih baik.

Orang tua memiliki peran strategis dalam perkembangan anak, karena orang tua menjadi orang yang paling dekat dengan anak. Dari orang tua lah anak bisa belajar banyak hal, seperti pembelajaran tentang wawasan dan pengetahuan hidup yang dibtuhkan anak pada masa depannya. Jika karena alasan tertentu, seorang anak tidak bisa memperoleh pengasuhan dan pendampingan langsung dari orang tuanya. Maka peran keluarga, saudara atau lingkungan tempat tinggalnya harus bisa memberikan peran pendampingan yang mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang seorang anak.(Kustirah)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.