Kami Bukan Buruh Migran Biasa

Author

Foto Rektor UT Prof. Ir.Tian Belawati, M.Ed., Ph.D dan Prof. Rusdi (Atase Pendidikan RI di Kuala Lumpur Malaysia) bersama Mahasiswa UT di Malaysia
Foto Rektor UT Prof. Ir.Tian Belawati, M.Ed., Ph.D dan Prof. Rusdi (Atase Pendidikan RI di Kuala Lumpur Malaysia) bersama Mahasiswa UT di Malaysia

Buruh Migran Indonesia (BMI) atau biasa disebut sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah pekerja yang mengadu nasib di negeri orang. Mereka mencoba untuk mengubah haluan hidup ke arah yang lebih baik demi tercapainya impian dan cita-cita mencerahkan masa depan keluarga. Kondisi ekonomi yang tak menentu menjadi faktor utama buruh migran untuk merantau.

Banyak remaja yang terpaksa menjadi buruh migran, mereka yang masih mempunyai peluang masa depan terpaksa bergelut dengan nasib merantau di negeri orang. Semangat membara dalam diri mereka seolah tak terbantahkan dengan keadaan macam manapun. Hanya satu impian mereka untuk mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang layak seperti impian orang-orang yang bekerja sebagai buruh migran. Itulah fenomena kehidupan BMI yang berjuang keras demi diri dan keluarganya. Istilah menyerah dan putus asa tidak ada dalam kamus hidup mereka.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin dinamis, para BMI dituntut untuk berdikari, secara moral-spiritual maupun sosial-pendidikan dalam menghadapi tantangan yang menghadang. Oleh karena itulah, peran Ikatan Pekerja Muslim Indonesia (IPMI), sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang sosial-keagamaan sejak 1997 sangat signifikan terhadap eksistensi para BMI. Salah satu fungsi IPMI adalah menjadikan BMI sebagai insan yang bermartabat, berbudi pekerti luhur dan penuh tanggung jawab di atas landasan ukhuwah islamiyah.

Selain organisasi, instansi pendidikan juga menyumbang peran yang cukup signifikan. Seperti contohnya Universitas Terbuka (UT) di Malaysia yang memberikan wadah informasi pendidikan untuk para BMI. UT juga membuat BMI mengerti arti sebuah pendidikan dan ilmu pengetahuan. UT terletak di Bandar Kuala Lumpur yang secara formalitas tidak hanya menyediakan pelayanan pendidikan perguruan tinggi yang bersifat teori dan praktikal saja. UT mempunyai peran untuk menghantar para BMI menjadi insan yang sukses, berguna bagi masyarakat, bangsadan negara.

Ironis memang banyak BMI di luar sana yang masih belum paham pentingnya sebuah pendidikan. Banyak di antara mereka belum memiliki semangat dan sikap untuk mengikuti program-program pendidikan yang ditawarkan oleh pihak UT. Meskipun kemungkinan masa depan BMI masih tanda tanya besar, tetapi setidaknya para BMI sudah memberikan kontribusi besar terhadap negara Indonesia melalui devisa.

Data BNP2TKI tahun 2012 yang dikutip dari detik.com menyebutkan bahwa sampai Juli 2012 jumlah BMI di Malaysia mencapai 1,9 juta orang dengan remitansi US$1,3 milyar. Keberadaan BMI mereka sebagai pahlawan devisa tidak bisa dianggap sepele. Stigma negatif dari pada sebagian masyarakat Indonesia terhadap para BMI/TKI harus dibuang jauh-jauh. Mengingat jasa dan sumbangan devisa mereka bisa kita rasakan manfaaatnya hingga hari ini.

Keberadaan BMI/TKI juga berpengaruh sekali dalam mengeratkan hubungan diplomasi dua negara yakni Malaysia-Indonesia. Sehingga kerja sama negara serumpun dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pariwisata dan budaya dapat diselaraskan secara ideal. Minimal hubungan diplomasi antara keduanya terjalin erat, harmonis dan penuh nilai-nilai kemanusiaan, tanpa ada rasa permusuhan atau peperangan.

Kami bukan BMI biasa, kami ingin menjadi BMI yang super luar biasa. Kami mau menjadi BMI berpendidikan, berwawasan luas, mencoba berusaha menjadi yang terbaik dan berguna bagi masyarakat serta negara kelak. Disinilah peran Universitas Terbuka di Malaysia yang membuka kesempatan emas untuk para BMI. Fungsinya tidak hanya terbatas dalam pendidikan formal, UT dengan mahasiswa mahasiwanya juga mempunyai peranan penting sebagai agen perubahan.

Selain itu UT juga membina, mendidik, mengarahkan dan merubah para BMI menjadi manusia yang berilmu. Ibarat pepatah mengatakan, ‘Tinggi rendah derajat sesorang karena ilmu’.
Kepada BMI di Malaysia dan dimanapun berada, mari kita sama-sama memanfaatkan peluang emas bersama UT untuk menjadi insan berpendidikan dan bermartabat, meski status kita tetap sebagai BMI. Yakinlah bahwa buruh migran bukan manusia biasa, tapi luar biasa!

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.