Kiprah

Mantan TKI jadi Pemerhati BMI

Author

Berawal dari kegagalan menjadi TKI Formal untuk magang ke Jepang,melalui PT Binawan Inti Utama. Pada pertengahan Agustus 1994, Salahuddin alias Daeng dari Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, bercita-cita menjadi pengusaha sukses dalam impian pada masa mudanya.

Dalam perjalan menjadi calon Tki, hari demi hari berganti menanti kepastian kapan akan dipanggil alias diurus untuk masuk ke Balai Latihan Kerja (BLK) ,saya sementara tinggal dirumah family yang bersal dari ssatu kampung dari Sumbawa untuk sementara numpang hidup .Saya menjadi calon Tki untuk magang ke Negara  Jepang diurus oleh Agus (41) dari BTN Sandik Ampenan,dan saat itu pula Agus datang kerumah tempat saya numpang,disitupula saya langsung menanyakan, namun harapan ada jawaban yang dapat membuat saya senang , tiba-tiba dia menawarkan sesuatu diluar rencana yaitu menjadi tenaga kerja ke Malaysia, dengan iming-iming yang menjanjikan  tawaranyapun saya iakan.Suatu hal yang trefikir dengan menerima tawaranya kerena mengingat orang tua dan keluarga  sudah banyak mengeluarkan uang untuk biaya keberangkatan  magang ke Jepang.Apa boleh buat karena pulang dengan  tangan hampa suatu hal yang tak mungkin saya lakukan.

Singkat cerita berangkatlah saya dari  Mataram menuju Surabaya, kemudian menuju Nunukan.Ternyata dari ketidak tahuan dan tidak memiliki sedikit ilmu tentang prosedur bermigrasi sesampai di Nunukan bermodalkan KTP dan SPLP yang semulanya saya mengangggap itu barang adalah Pasport yang mempermudah kita untuk bekerja diluar negeri ternyata itu adalah Surat Perjalanan Laksana Pasport.

Dari pengalaman yang saya alami,bahwa kejadian tersebut adalah hal-hal yang merugikan orang lain dan membuat orang menjadi menderita,dan saya pulang ke kampung halaman dengan penuh kekecewaan serta harapan yang sirna.Pada akhir tahun 2008, ada sebuah LSM yang peduli buruh migran di Sumbawa, saya dijak oleh teman untuk bergabung (Siti Aminah) Serikat Buruh Mgran Indonesia kurang lebih satu setengah tahun dan selama bergabung saya bayak mendapat pelatihan dan kegiatan-kegiatan di dalam lembaga tersebut tentang procedural bermigrasi serta hak-hak nya Tki.

Pada pertengahan tahun 2009, saya bergabung Lsm dari Mataram (Koslata) untuk menjadi tenaga pengorganisasian Mantan BMI, calon BMI dan keluarga BMI,dari kegiatan atau program-program yang diterapkan di sepuluh desa dampingan Kabupaten Sumbawa,baik itu pengorganisasian,pelatihan-pelatihan,pengolahao remitansi BMI,pelatihan paralegal dan mencari potensi kegiatan kelompok untuk dapat menjadi kegiatan kelompok dan menjadi usaha kelompok.Hingga saat ini (Daeng)  masih bergabung dengan Koslata untuk menjalankan program kedua “Pengentasan kemiskinan melalui migrasi aman “ di sepuluh Desa di Kabupaten Sumbawa.Dan sekarang dari apa yang sudah diterapkan oleh LSM Koslata terhadap diri saya, sangat paham dan betul-betul peduli terhadap BMI khususnya di sepuluh Desa Dampingan da umumnya di NTB.Sekarang saya sudah mempunyai kelompok peduli BMI yang berbasis penguatan masyarakat yaitu Forum Paralegal Sumbawa yang beranggotakan  dari kelompok sepuluh desa dampingan.Adapun hal-hal yang dilakukan oleh Forum tersebut, Penangan kasus bmi,Advokasi,pendataan BMI,pra,masa dan purna penempatan,Hearing dengan pemerintah yaitu D

Isnakertrans Sumbawa,Pelatihan Advokasi ,pelatihan penangan kasus dan lain-lain.Sepanjang apa yang sudah ssaya lakukan didalam Forum Paralegal yang saya ketuai semenjak sepuluh bulan yang lalu sudah banyak kasus yang sudah di selesaikan dan juga banyak kasus yang dalam masa proses pengaduan.keberadaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat ini (Koslata) sangat bayak sekali yang bisa dilakukan untuk membela dan memperjuangkan nasib buruh migrant kita diantaranya penolahan keuangan tingkat desa bagi mantan bmi ,calondan keluarga bmi dan kelompok-kelompok pengolahan kuangan di Desa yang sekrang sudah mempunyai dana dari sendiri serta asset-aset untuk kelompok yang kita usahakan lewat proposal terhadap donator-donatur ataupun  Pemerintah.Serta dari hasil pengolahan keuangan dari masing-masing kelompok dapat membantu perekonomian keluarga dan ada juga yang sudah tidak lagi mau berangkat menjadi TKI.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.